Bisnis.com, JAKARTA— Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta ingin menjadi pelopor dalam pengelolaan sampah. Kampus itu memiliki strategi pengolahan sampah tersendiri sehingga menekan timbulnya masalah.
Kepala Pusat Inovasi Agro Teknologi (PIAT) UGM, Bambang Suhartanto mengatakan, langkah awal yang dilakukan dengan mengolah sampah organik. Setelah didaur ulang menjadi kompos, sampah organik itu dikembalikan ke lahan pertanian milik UGM.
"Kalau dulu hanya sampah organik saja yang diolah, sekarang sampah anorganik juga diolah," katanya seperti dilansir dari laman UGM, Jakarta, Jumat (5/2/2016).
Pengolahan sampah anorganik itu di antaranya memisahkan sampah plastik dengan sampah lainnya. Sampah anorganik dengan piolistis yang diolah menghasilkan bahan bakar. Ada juga sampah lain yang menghasilkan batu bara muda, dan sumber energi lainnya.
Bambang berharap, 80% sampah dari UGM bisa dikelola sendiri. Sisanya yang tak bisa dikelola mandiri dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Piyungan, Bantul, DIY.
"Rata-rata sampah organik di UGM itu sekitar tiga sampai empat truk per hari. Kapasitas yang kami miliki di sini sekira 20 m3, sedangkan sampah UGM baru sekitar 10 m3, jadi masih bisa kami tangani," jelasnya.
Wakil Rektor UGM Suratman menambahkan, pihak kampus juga mengajak masyarakat untuk bersama-sama mengolah sampah. Minimal, dengan memisahkan sampah organik dan anorganik maupun jenis alumunium pada bak sampah terpisah.
"Kesadaran masyarakat itu penting. Kami libatkan mahasiswa KKN ke masyarakat supaya peduli pada masalah sampah," jelasnya.
Jika sampah sudah dikelola mandiri dengan baik oleh masyarakat, masalah akibat sampah bisa diminimalisasi. Apalagi, sebagian besar masalah sampah pada rumah tangga merupakan sampah organik yang bisa diolah jadi kompos.
