Bisnis.com, JAKARTA - Dunia dibuat gempar ketika data-data rahasia National Security Agency (NSA) and United Kingdom Government Communications Headquarters (GCHQ) ditelanjangi dan dibeberkan ke publik oleh Edward Joseph Snowden, yang konon cuma tamat SMA.
Snowden adalah salah seorang dari sekitar 1.000 orang administrator sistem Badan Keamanan Amerika Serikat atau NSA yang diizinkan untuk menjelajahi sistem.
Padahal, user lain pemegang izin top-secret sekalipun tidak diperkenankan untuk melihat semua dokumen rahasia.
Pria kelahiran 21 Juni 1983 itu bisa membuka sebuah dokumen tanpa meninggalkan jejak elektronik sedikitpun. Dia dalam bahasa seorang sumber intelijen disebut sebagai ghost user yang sanggup menyambangi tempat ‘keramat’ NSA.
Snowden juga memanfaatkan status administrator-nya untuk membujuk user lain agar mau membagi detail login mereka untuk digunakan oleh dirinya sendiri.
Kebanyakan staf dilarang membawa USB drive. Namun sebagai administrator sistem, Snowden bisa berdalih bahwa dia sedang memperbaiki sebuah profil user yang bermasalah sehingga memerlukan drive cadangan.
Dengan begitu, USB drive diizinkan untuk dibawa untuk menutup gap antara sistem NSA dan Internet biasa. Dengan USB drive itulah kemudian Snowden meng-copy semua dokumen rahasia NSA.
Snowden adalah seorang anak muda yang memiliki otak jenius , belajar Internet secara otodidak hingga menjadi seorang ahli TI (teknologi informasi), yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
Berkat kemampuannya, meski cuma lulus SMA dan tidak menyandang gelar sarjana, Snowden bisa meraih karier istimewa di pemerintahan, sebagai petugas sistem TI.
Pada mulanya Snowden mencoba masuk militer AS namun tidak bertahan lama.
Berbekal pengalaman di militer AS itu, dia memberanikan diri untuk melamar sebagai spesialis keamanan di Centre for Advanced Study of Languange Universitas Maryland pada 2005.
Pekerjaan inilah yang pada akhirnya mengantarkan Snowden berkarir di CIA dan kemudian NSA.
Dengan latar belakang keluarga yang berasal dari militer AS, pada diri Snowden sebenarnya tertanam rasa patriotisme yang tinggi terhadap negaranya.
Snowden bukanlah tipe orang yang suka menjual negaranya demi kepentingan pribadi.
Namun, begitu mengetahui kejahatan pemerintah yang mengganggu hak-hak privasi online warga negara, ia akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang whistleblower.
NSA bersama rekanan intelijennya GCHQ dari Inggris, NSA menjadi “biang sadap” yang kelewat batas.
Publik tidak ada yang tahu. Snowden dengan patriotisme dan keyakinan yang tinggi akan kebenaran idealismenya, ingin sekali mengubah keadaan ini.
Dokumen top secret yang pernah dipegangnya semasa menjadi staf di CIA dan NSA ia kumpulkan untuk kemudian ia bocorkan.
Rasa gundah seperti ini yang pada akhirnya membawa Snowden berhubungan dengan para wartawan dari surat kabar Inggris The Guardian.
Lalu apa alasan Snowden membocorkan dokumen itu? ternyata Snowden membaca istilah penting yang digunakan oleh penyusun undang-undang dan filsuf abad ke-18 Inggris, Jeremy Bentham, yaitu “panopticon”.
Istilah tersebut menggambarkan lingkar penjara yang amat ketat di mana penjaganya bisa mengawasi tahanan kapan saja tanpa mereka sadar sedang diawasi dari kejauhan.
Snowden tidak ingin dunia tempat dia hidup seperti yang ada dalam analogi itu. Ini tergambar jelas dalam kalimat yang pernah diungkapkannya.
"I don’t want to live in a world where everything that I say, everything I do, everyone I talk to, every expression of creativity or love or friendship is recorded ..."
Akibat sikap nekadnya itu, hidup Snowden terancam. Ia menjadi buronan negeri Paman Sam. Namun, ketulusan menjadi seorang whistleblower memberikan banyak dukungan dari banyak pihak.
Ia berhasil lolos dari kejaran Paman Sam dan mendapat suaka di Rusia.
Kisah Snowden, si lelaki tirus, menjadi teladan bagaimana seharusnya hak-hak privasi dan keamanan, juga pertahanan negara diperlakukan secara seimbang.
Kritik ini diarahkan pada si Paman Sam yang telah mencederai komitmennya terhadap hak asasi manusia.
Betapa nistanya perbuatan negara-negara yang mengklaim diri sebagai kiblat demokrasi, tapi dengan tega mencederai kebebasan pers dan memata-matai warga negaranya sendiri, dan menyadap pembicaraan para pemimpin negara.
Konspirasi politik dengan perusahaan-perusahaan besar menjadi semakin kuat dengan kucuran dana yang tidak tanggung-tanggung besarnya dan didukung oleh tokoh-tokoh nomor satu dunia pemegang kebijakan politik dan bisnis, pencederaan atas hak privasi warga negara menjadi semakin tak terhindarkan.
Di saat seperti inilah orang seperti Edward Snowden, dengan nyali seorang whistleblower memegang peran yang amat penting. Bukan hanya bagi rakyat sipil AS tetapi seluruh dunia.
Dapatkan buku The Snowden Files di sini https://bigstore.bisnis.com/book/detail/89/the-snowden-files.