Bisnis.com, JAKARTA - Tidak banyak orang yang berani mengambil keputusan untuk membuka usaha sendiri. Apalagi, memulai usaha yang kurang diminati orang. Ada dua kemungkinan, agak gila sedikit atau back up-nya kuat.
Salah satu yang agak gila itu adalah Amir Abadi Jusuf, Chairman of the Board of Partners, and Chief Executive Partner of RSM AAJ.
Berikut petikan wawancaranya dengan Bisnis.com belum lama ini:
Bisa dijelaskan core bisnis perusahaan?
Jadi RSM AAJ ini berdiri 4 Maret 1985, awalnya namanya kantor akuntan pake nama saya Amir Abadi Jusuf (AAJ). Itu berawal dari tiga orang, empat dengan saya. Di ruang tamu rumah saya, awalnya dari situ.
Singkat cerita, Alhamdulillah kami tumbuh terus dan sampai sekarang ini pada masa sibuk melibatkan sekitar 600 orang, di Jakarta dan Surabaya. Dulu kami di rumah, kemudian kami pindah ke Gedung Slipi Samudra Indonesia Buliding, dan pada 2005 kami pindah ke sini (Plaza Asia).
Pada 1992 kami bergabung dengan RSM Intenational sebagai member firm. Kemudian, sampai sekarang kami sudah 23 tahun bersama RSM International dan kami memberikan berbagai jasa. Pada awalnya cuma audit dan sejenisnya sekarang sudah integrated sebagai kantor akuntan dan jasa advisory lainnya.
Pada tahun lalu RSM sudah 50 tahun. Kemudian, Alhamdulillah juga pada 2014 network RSM sebagai Network of The Year secara global. Jadi secara posisi RSM di dunia itu nomor 7, dari perusahaan network sejenis.
Sementara di Indonesia, walaupun tidak ada data yang publish, kami merupakan salah satu perusahaan besar yang diperhitungkan.
Kami memberikan jasa dari kantor akuntan, core-nya audit laporan keuangan, memberikan opini wajar, tapi sepanjang pergerakan waktu jadi berkembang macam-macam, ada tax-nya, ada business services-nya, lalu kami juga bisa bantu corporate finance yang mau menggelar IPO, mau merger dan akuisisi.
Kemudian, kami juga membantu perusahaan untuk membenahi akuntansinya dari sisi prosesnya, dari sisi manajemen, internal audit, bagaimana kontrol dan tata kelolanya. Jadi, kami tadinya traditional audit firm, tetapi sekarang berubah menjadi audit dan consulting firm.
Dalam perjalanannya kami banyak juga terbantu dari menjadi member firm RSM international. Artinya, kami jadi terekspos untuk pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya internasional, dari luar negeri. Karena klien-klien RSM yang di luar negeri, tidak hanya di Indonesia, mereka memerlukan jasa konsultan di Indonesia.
Network ini saling memberi pekerjaan dan kami juga punya klien-klien yang beroperasi di luar negeri, jadi perlu audit di luar negeri, atau jasa lainnya yang bisa kami refer ke member firm RSM di negara lain.
Perusahaan kami mulai menggeliat ketika IMF menggelontorkan dana pada krisis 1997. Mereka menetapkan berbagai syarat yang salah satunya harus ada performance audit. Nah, yang punya pengalaman itu very limited di Indonesia. Jadi Cuma PWC, EY, Deloitte, dan kami.
Bicara tentang kami, berdasarkan jumlah perusahaan yang kami audit keungannya, kami ini posisi ketiga pada 2014. Jadi lumayan signifikan dibandingkan dengan jumlah yang lain. Kami juga banyak melakukan audit kepada BUMN yang besar.
Bagaiman AAJ bisa bergabung dengan RSM?
Sejak mulai berdiri, saya terpikir apa yang bisa membuat kami berbeda. Salah satunya adalah harus terafilisasi dengan asing. Nah, waktu itu kami sedang cari-cari juga. Entah bagaimana kami dihubungi, dikontak dengan fax. Mereka datang ke sini, ada beberapa yang di-approach sama mereka. Dan kami waktu itu masih di rumah masih di Wijaya dan akhirnya kami yang terplih.
Waktu itu permintaan saya ke RSM, saya mau bergabung dengan mereka apabila mereka taruh satu ekspatriat di kantor kami dengan biaya mereka. Mintanya agak aneh ya. Kemudian dipenuhi. Jadilah orang Australia itu 10 tahun bersama kami.
Bisa diceritakan sejak kapan Indonesia mengenal layanan audit?
Sebetulnya, zaman dahulu istilah kantor akuntan tidak ada. Zaman Belanda adanya kantor administrasi membantu negara untuk pembukuan. Jadi, kantor akuntan itu dikenalnya belakangan. Sebetulnya secara resmi jadi kantor akuntan itu sesudah Orde Baru, ada investor asing dan sebagainya. Tapi dulu, sebelum itu sudah ada kantor administrasi yang beralih jadi kantor akuntan.
Misalnya, saya kenal Abutari di Jalan Veteran. Nah, sejak ada pendidikan akuntansi, nama adiministrasi dihilangkan. Jadi, saya kira sejak 1957 dimulai. Lets say, ada 10 kantor akuntan pertama.
Nah, jadi semenjak ada investor asing, mulailah muncul Utomo and Co yang berpatner dengan Arthur Anderson. Yang PWC itu Hadi Sutanto. Itu kantor-kantor lama yang sekarang berpartner dengan kantor kantor terbesar. Dahulu orang tidak peduli dengan kantor akuntan, karena memang belum ada kebutuhan juga. Setelah investor asing masuk, ada pasar modal, di situlah ada rasa kebutuhan dari kantor akuntan.
Apa ciri khas yang ditawarkan RSM AAJ dibandingkan dengan pesaing?
Sebetulnya, kompetitor ada yang di atas dan di bawah kami. Yang di atas itu powerful, yang di bawah itu beautiful. Nah, kami ada di tengahnya dan kami wonderful. Jadi, bedanya kami, tidak powerful dan sudah melewati beautiful. Kami bukan yang paling besar jadi kami akan berikan yang paling baik.
Secara kualitas kami setara dengan yang besar, tapi secara kedekatan karena kami masih lebih kecil, kami masih dekat dengan klien-klien kami. Mungkin kami local knowledge-nya dan nasionalismenya totally different. Jadi, kami fight dengan internal kami, kalau yang besar sudah membawa bendera sendiri yang sudah tidak usah ditanya lagi.
Boleh dikatakan, kami melampaui perusahaan-perusahaan di luar sana yang besar-besar. Kadang-kadang kami bisa dengan mudah. Tapi kami bisa katakan, ini kan terkait dengan visi kami, kami ingin betul-betul tumbuh berkembang. Kami tidak ingin dibilang kantor yang murah, kami tidak ingin bersaing di harga, tapi kami ingin orang kenal karena kualitas kami baik.
Kenapa orang bilang kami mahal? Karena kami memang mahal. Tapi kami nggak merasa keberatan dibilang mahal dibandingkan dengan kompetitor kami saat itu. Karena memang mahal, jadi fokus kami kepada kualitas itu kami yang bangun.
Dahulu waktu masih kecil kami sudah berikan yang terbaik, walaupun kecil kami tidak ingin dibilang sebagai kantor asalan. Dari awal kami cari orang-orang yang baik. Jadi, people juga menjadi kekuatan kami.
Lalu apa yang melatarbelakangi keinginan Anda untuk mendirikan kantor akuntan?
Dari kecil sekali, ketika kelas lima SR (Sekolah Rakyat) sekitar 1960, kakak saya sekolah di SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Pertama), ada pelajaran hitung dagang. Dia 2 tahun di atas saya. Kemudian saya penasaran, saya lihat. Wah, enak juga nih ada penjualan, biaya, untung. Duit nih saya pikir waktu itu. Saya tertarik karena saya senang matematika. Jadi, saya bantuin dia ngerjain PR (pekerjaan rumah).
Sejak itu saya bilang ingin jadi pemegang buku. Dulu mana tahu soal akuntan. Lalu, saya masuk ke SMEP juga, saya ambil tata buku. Terus masuk SMEA (Sekolah Menengah Ekonomi Atas), tata buku ambil bond A, bond B. Kemudian sekolah saya membiayai saya masuk UI, baru kenal yang namanya Akuntansi. Terus saya selesai, mengajar di UI, dikirim ambil master di Hawaii, akuntansi lagi. Terus balik lagi kerja di UI, dan kerja di Lembaga Manajemen UI.
Saya orangnya tidak bisa diatur, jadi bos saya kewalahan. Saya pikir saya patutnya tidak kerja buat orang lain. Jadi memang saya punya cita-cita punya usaha sendiri. Lalu coba urus sana urus sini. Saya tidak pernah kerja di kantor akuntan, tapi ada dosen saya akuntan, saya jadi asistennya dia. Udah gitu dia outsource pekerjaannya ke saya.
Nah, teman-teman saya yang kerja di SGV pada mau skripsi, pada berhenti kerja dulu. Kemudian saya kumpulkan, saya rekrut dan saya langsung memimpin mereka. Kemudian saya pikir-pikir kenapa saya nggak buka saja. Jadi, pada 1985 saya urus izin dan saya buka waktu itu. Di rumah, di daerah Kebayoran dengan ruangan kantor sebesar 3 meter kali 4 meter.
Orang yang mau dirikan sesuatu sendiri itu ada dua kemungkinan, agak gila sedikit atau back up-nya kuat. Kalau saya orangnya agak gila sedikit. Kalau saya mau sesuatu saya kerjakan. Tapi kalau gagal, saya siap gagal.
Jadi, waktu saya mulai, saya siap gagal, jadi itu lebih nyaman. Berusaha tetap, tapi siap untuk gagal. Dan, saya tidak bayangkan perusahaan akan seperti saat ini. Mimpi saya cuma 60 orang. Pada saat itu pasarnya sebetulnya begitu-begitu saja. Dulu kan pasarnya belum seperti sekarang, luas, pemainnya sedikit. Pasar ada saja sampai sekarang juga.
Bagaimana Anda memperkenalkan jasa perusahaan Anda pertama kali?
Dari network, dari teman ke teman, dan mulut ke mulut.
Siapa klien pertama perusahaan?
Sebetulnya tidak hanya satu, yang pertama kali adalah Rumah Sakit (RS) di Tanjung Priok. Saya lupa namanya. Yang kemudian mereka membikin RS lagi di Kali Malang RS Harum namanya. Bukan audit pekerjaan kami yang pertama, tapi sistem akuntansinya.
Setelahnya, kami dapat satu lagi, Majalah Kartini. Waktu itu ada percetakan jadi mulai audit. Dari situ terus muter dan berkembang, dari tiga orang jadi 6 orang, jadi 11 orang, jadi 30 orang, jadi 60 orang. Setelah itu tahu-tahu jadi 300 orang. Jadi memang saya suka, saya konsisten dan istiqomah.
Sementara itu, pada kebangkitan Bursa Efek Indonesia sekitar 1989 saya belum menyentuh (perusahaan terbuka). Kami mulai masuk 1990-an awal. Klien kami yang pertama adalah perusahaan perhotelan (PT Pudjiadi).
Itu yang pertama yang mempercayai kami untuk dibantu go public-nya. Saat itu kami belum punya reputasi dan belum ada track record, tapi mereka percaya kami.
Saat ini berapa jumlah karyawan Anda?
Hari ini saya tidak tahu, mungkin sekitar 500, atau lebih. Karena baru ada rekrut 60 orang. Jadi, pada Desember nanti kira-kira 600 orang.
Berapa lama biasanya klien menggunakan jasa akuntan publik?
Tergantung dari pekerjaannya. Kalau audit umumnya itu kami harapkan bisa 5-6 tahun. Tapi ada pekerjaan yang sifatnya one time. Misalnya, perusahaan mau mengakuisisi. Nah, kalau sudah selesai pekerjaannya, kami selesai. Atau, misalnya tax compliance. Nah, itu bisa kami bantu terus. Tapi kalau kami bantu mengurus kasus pajak, itu kan kalau selesai ya selesai.
Sejauh ini lini usaha mana yang paling berkontribusi terhadap pendapatan perusahaan?
Saya kira audit dan sejenisnya masih cukup dominan, sampai hari ini sekitar 60%.
Adakah rencana pengembangan usaha dalam waktu dekat?
Dari segi nature-nya, ada lima yang paling utama. Ini kan grouping besar, di dalam itu sendiri pengembangan tidak menutup kemungkinan, selalu ada. Kalau audit is audit. Tapi kalau kami lihat consulting yang lain, ada kemungkinan.
Jadi konteksnya, umpamanya IT Consulting masih bisa dikembangkan. Dari waktu ke waktu selalu dikaji, opportunity yang dapat kami kembangkan.Kami masih pikirkan, mungkin tahun depan kami jalankan lagi. Kalau memang sudah oke, kami akan masuk. Di sana pemain sudah ada, tapi kami pastinya akan terus mencari celah untuk masuk di sebelah mana.
Sumber daya merupakan salah satu kekuatan perusahaan. Bagaimana Anda mendapatkannya?
Di pasar, orang Indonesia banyak yang hebat-hebat tidak kalah dengan negara lain. Namun, bagaimana buat orang yang baik itu mau bergabung dengan kami. Masalahnya sama saja di mana-mana, apakah mereka merasa itu tempat yang menarik buat mereka. Ada orang yang mengatakan gaji, itu hanya salah satu faktor. Ada juga yang bilang kesempatan berkembang. Tapi mungkin juga suasana kerja.
Nah, misalnya kami berpatok pada tiga hal itu. Kalau lihat gaji, kami tidak akan bisa bersaing dengan siapa pun sampai kapan pun. Tentunya kami punya minimum. Misalnya, saat ini pemerintah juga set up salary awal makin tinggi, tapi apakah semua orang mau ngelamar, belum tentu juga kan? Apakah semua orang terbaik ke sana, belum tentu juga.
Jadi, kami tidak mau semata-mata gaji yang menjadi daya tarik bagi orang bergabung dengan kami.
Lalu, soal kesempatan berkembang, itu kami coba tekankan. Di sini selalu ada training. Untuk ambil sertifikasi, kami buka peluang selebar-lebarnya. Untuk bekerja di luar negeri, di teman-teman kami sesama RSM juga besar. Bahkan, kami bisa kirim staf kami sampai 2 tahun. Kemudian suasana kerja itu juga penting. Gaji besar dan kesempatan berkembang ada, tapi kalau nggak nyaman sama saja. Nah, jadi kombinasi dari tiga itu yang kami perhatikan.
Kami selalu ingin mendapatkan orang terbaik. Jadi, begini analoginya, orang kurang baik itu akan dipromosikan dan akan jadi lead. Nanti kalau orang baik masuk, tapi atasannya orang kurang baik nanti itu bisa terjadi nggak nyambung dan sebagainya. Maka, kami melihat penting sekali yang di atas ini orang-orang yang berasal dari lembaga pendidikan yang baik, orang yang baik.Rata-rata latar belakang karyawan akuntansi?
Mayoritas akunting, tapi tidak semua. Pada pertama berdiri, semuanya berasal Universitas Indonesia (UI), tapi karena semakin besar, maka tidak mungkin semuanya UI. Kan kami harus bagi-bagi juga dengan yang lain. Jadi, tempat lain juga makin besar.
Apakah persaingan untuk mendapatkan orang-orang yang berkualitas tersebut cukup ketat? Bajak membajak, misalnya apakah juga berlaku di perusahaan akuntan publik?
Kantor akuntan seperti kami ini, sekolah, tempat belajar. Kalau mereka kerja di sini, punya kesempatan terekspos ke klien beberapa industri. Kalau mereka hanya bekerja di perusahaan, hanya di satu bidang itu saja. Kalau di sini, mereka dapat pekerjaan dari Garuda Indonesia. Mereka akan tahu airlines, atau perusahaan lainnya. Mereka bisa masuk ke sana. Itu yang disebut dengan sekolah.
Jadi, anak baru lulus, yang satu masuk di company satu di akuntan. Awalnya yang di company gaji lebih tinggi, terus dia kerja sebagai staff accounting, yang satu kerjanya di konsultan. Nah, yang kerja di konsultan kerjanya long hours sudah pasti. Mungkin 3-4 tahun lagi, anak yang kerja di akuntan, masuk ke perusahaan temannya itu, dia jadi bosnya. Karena value-nya sudah beda, karena mereka sudah terasah dan sibuknya dia saat di akuntan.
Artinya, banyak yang baru bergabung, kemudian diambil? Bagaimana Anda menyikapinya?
Ya, memang begitu. Tapi kami tahu sejak awal, bisnis kami seperti itu. Tapi, akan selalu ada yang baru lagi. Kalau lagi peak season 600 orang, setahun bisa rekrut 100 orang. Jadi, ada trade off. Dan karena long hours yang dapat jodoh juga banyak banget. Nah, kebiasaan kerja keras ini, pas mereka pindah mereka akan punya value tersendiri. Jadi, di luar terbiasa dengan speed seperti itu.
Bagaimana gaya kepemimpinan yang Anda terapkan kepada anak buah?
Kalau saya easy going saja. Tidak terlalu formal. Kadang-kadang galak sedikit. Tapi saya kalau sudah ada aturan saya mau dipenuhi. Apa yang kami sepakati, mari kerjakan. Dan, kami punya ekspetasi orang itu kerja jangan karena diawasi. Itulah yang saya harapkan.
Pertumbuhan pendapatan perusahaan pada 2006-2007 cukup besar, apa faktor pendorongnya?
Pada 2006-2007 waktu itu ada tiga proyek besar, dan itu signifikan buat kami. Proyek besar, ukurannya relatif. Tapi biasanya buat kami proyek besar itu ada resources dari global. Fee-nya, alhamdulillah cukup besar, risiko pekerjaan harus kita manage. Pada 2008 juga krisis dampak dari Amerika. Kalau enggak salah bantu perusahaan untuk IPO (initial public offering) yang global.
Belum lama ini, diumumkan bahwa nama RSM AAJ akan berubah menjadi RSM Indonesia. Apakah itu menjadi salah satu momen tersulit dalam perusahaan?
Aduh, itu yang kalau ditanya memang keputusan tersulit. Karena kalau dipikir-pikir nama 30 tahun yang kami bangun itu bukan nama RSM. RSM itu nama yang kami bawa, karena kami berdiri sebagai AAJ, baru RSM.
Sekarang kami putuskan, kami kehilangan nama AAJ yang kami bangun susah payah dan rebranding ini namanya RSM Indonesia. Jadi, setelah kami pikir-pikir. Ini kan pilihannya ada dua, kami enggak setuju RSM yang nanggal, tinggal AAJ. Kalau kami setuju, AAJ yang tanggal. Ini kan pilihan yang dilematis.
Kalau kami lihat ke depan, dunia ini kan makin tanpa sekat, globalisasi, masyarakat Asean. Kalau dilihat seperti ini, akan banyak plusnya kalau satu nama saja. Setelah plus minus kami menimbang dan akhirnya kami menyepakati bahwa dengan hati yang berat kami terima. Memang sempat galau juga karena proses memutuskan untuk rebranding selama 2 tahun dengan pertimbangan masak-masak.
Bagaimana pandangan Anda tehadap sejumlah paket kebijakan yang terus digelontorkan oleh pemerintah?
Sebetulnya kalau kaitannya dengan itu, pengusaha selalu mengambil kesempatan yang ada. Mereka tidak punya kedekatan emosi, keputusan mereka rasional. Begitu peluangnya sudah tidak menarik mereka cari pelung lain. Saya pikir mereka masih cari peluang investasi. Jadi, kalau memang dianggap kredibel dan implementasinya sesuai yang dijanjikan saya percaya ke depan lebih baik. Tapi masalahnya kredibilitasnya ini yang kami tunggu.
Apa yang Anda lakukan ketika waktu luang?
Kalau saya begini ya, kalau saya lagi di kantor, saya kerja. Sampai rumah saya nggak memikirkan kerjaan. Kalau luang, saya bisa macam-macam, misalnya nonton TV, belanja di shopping mall, atau ketemu saudara. Hobi saya sih baca buku.
Dari dulu apa saja saya baca, meskipun sekarang semakin banyak yang dibaca, jadi hobi bacanya makin berkurang.
Selain itu, saya senang ngajar, saya ngajar di UI kan masih. Ngajar itu kebahagiaan saya. Enak saja, saya merasa berguna bagi orang lain. []
Biodata
Nama : Amir Abadi Jusuf
Pendidikan
- 1976, Sarjana Ekonomi (SE), Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta
- 1981, Master of Accounting (MAcc) University of Hawaii at Manoa, Honolulu, USA
Kualifikasi
- 1976, Akuntan Register Negaraa (D1236), Departemen Keuangan
- 2009, Certified Public Accountant, Institut Akuntan Publik Indonesia
- 2014, Chartered Accountant, Ikatan Akuntan Indonesia
Pengalaman Kerja
- RSM AAJ Associates 1985 – Sekarang Chairman dan Chief Executive Partner, RSM AAJ Associates, Member Firm of RSM International