Industri Media Jadi Sasaran Penjahat Siber

Sholahuddin Al Ayyubi
Senin, 19 Oktober 2015 | 19:34 WIB
ilustrasi
ilustrasi
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA—Industri media di Tanah Air kini telah menjadi sasaran para kelompok penjahat siber, setelah sebelumnya kelompok penjahat siber tersebut berhasil menyerang industri game, farmasi dan mobile banking di Tanah Air. Pasalnya, industri media memiliki sumber data yang sangat strategis dan banyak dicari kelompok atau pihak tertentu untuk kepentingan pribadinya.

Pengamat Keamanan Siber, Pratama Persada mengungkapkan tren serangan dari penjahat siber saat ini bukan lagi untuk melakukan pengrusakan, namun untuk melakukan pencurian data. Menurutnya, industri media merupakan sasaran berikutnya para penjahat siber, setelah sebelumnya berhasil menyerang sejumlah industri di Tanah Air.

“Coba sekarang semua industri media melakukan audit sistem, pasti akan banyak terdeteksi malware disana. Industri media saat ini sudah menjadi sasaran para penjahat siber, karena data yang diincar dari penjahat siber itu adalah data-data yang belum terpublish oleh media,” tutur Pratama kepada Bisnis.com di Jakarta, Senin (19/10/2015).

Berdasarkan data yang dikemukakan Kaspersky Security Network (KSN), selain di Indonesia sejumlah negara lain juga mengalami serangan dari penjahat siber seperti di wilayah Asia Timur dan Asia Tenggara yaitu Jepang, China dan Bangladesh serta Korea Selatan. Kaspersky Lab juga mendeteksi adanya infeksi HDRoot yang dilakukan penjahat siber pada sebuah perusahaan yang berada di Inggris dan Rusia.

Pratama mengemukakan pelaku serangan siber tersebut terkadang menggunakan Virtual Private Network (VPN) dengan kode atau enkripsi dari negara lain, sehingga korban serangan siber tersebut akan mengira serangan berasal dari negara yang sudah direkayasa oleh penjahat siber tersebut. Seperti yang terjadi pada perusahaan Sony Picture yang beberapa waktu lalu sempat dicuri seluruh datanya dan mengira Korea Utara sebagai pelaku pencurian seluruh data Sony Picture.

“Itu karena penjahat sibernya sudah merekayasa sebuah sandi, agar dianggap Korea Utara yang melakukan pencurian data itu,” katanya.

Kemudian untuk serangan siber kepada industri game di Indonesia, Pratama menjelaskan tren saat ini lebih banyak penjahat siber yang menyusupi malware ke setiap aplikasi yang memiliki Operating System (OS) android dan IOS. Setelah disusupi malware, nantinya penjahat siber tersebut menurut Pratama akan melakukan pencurian data melalui smartphone korbannya dan melakukan filter untuk memisahkan data yang dinilai penting dan tidak.

“Nanti setelah berhasil disusupi malware melalui aplikasi yang didownload user, maka penjahat siber itu akan melakukan filtering,” ujarnya.

Karena itu, Pramata mengimbau kepada pemerintah melalui Kemenkominfo untuk lebih serius dalam menangani kejahatan di dunia siber tersebut, mengingat saat ini kejahatan di dunia maya sudah semakin banyak dan memiliki pola yang berbeda setiap waktunya.

“Semoga pemerintah dapat lebih serius menangani masalah ini,” tukasnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper