Memanfaatkan Ledakan Data Jadi Peluang Bisnis Baru

Asep Dadan Muhanda
Sabtu, 15 November 2014 | 13:14 WIB
www.tibco.com
www.tibco.com
Bagikan

Bisnis.com, SAN FRANCISCO,--Kemajuan internet dan perkembangan telepon pintar telah menyebabkan ledakan data yang dahsyat dalam beberapa tahun terakhir.  Platform Big Data diyakini sudah tidak akan mampu lagi dalam menghadapi ledakan data yang tidak tersetuktur dan masif itu, sehingga dibutuhkan platform baru, yakni Fast Data.

Indonesia sebagai salah satu pengguna media sosial terbesar di dunia juga sebenarnya tengah menghadapi ledakan data. Setiap detik, dunia bahkan Indonesia juga dibanjiri data digital dengan volume besar.  Data tersebut berasal dari bergam media sosial mulai dari Facebook, Twitter, Instagram, Path, maupun YouTube. 

Apalagi, jumlah pengguna media sosial di Indonesia sangat banyak, pengguna Facebook tercatat mencapai 53 juta, adapin Twitter 28 juta akun aktif, Instagram 17 juta, dan YouTube sebanyak 7 juta.

Ledakan data juga akan dipicu oleh perkembangan Internet of Thing (IoT) atau penggunaan daring internet dalam perangkat sehari-sehari seperti penggunaan kamera keamanan CCTV. Rekaman gambar yang terhubung melalui CCTV dipastikan akan memicu munculnya data-data baru.

Namun, ledakan data yang muncul dari media sosial, maupun internet  itu sifatnya tidak teratur dan tidak tersetruktur. Bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang telematika maupun perusahaan yang berhubungan dengan layanan konsumen tentu memerlukan strategi bisnis yang sesuai untuk memanfaatkan data-data tersebut agar tetap bisa bersaing.

Pada era Big Data ini, konsumen akan semakin cerdas dan semakin kritis terhadap produk dan jasa yang ditawarkan perusahaan. Mereka bisa dengan cepat membandingkan kualitas dan harga suatu produk dan jasa dari para pesaingnya, melalui telepon genggam.

Atas dasar itulah Tibco Sofware Inc, perusahaan piranti lunak raksasa, asal Amerika Serikat, berani mengusung platform baru, yaitu Fast Data. Plat form Fast Data akan memanfaatkan sumber Big Data dengan menambahkan komponen real time dan mengekstrak atau menyortir informasi yang diperlukan dan membuang yang tidak penting secara otomatis, untuk kemudian dianalisis dan memberikan keputusan yang tepat secara cepat sebelum data itu masuk dalam sistem Big Data.

"Revolusi internet telah mengubah cara data dikumpulkan dan dianalisis. Para pelanggan di semua industri yang sudah memanfaatkan Big Data sekarang bisa menggunakan Fast Data untuk mengambil keputusan yang tepat dan menghindari kemungkinan adanya gangguan dari data besar yang terkumpul," kata Matt Quinn, Chief Technology Officer of Tibco, pada konferensi industri telematika Tibco Now 2014, di San Francisco, awal November ini.

Software dengan platform Fast Data yang dikembangkan  Tibco ini diklaim memiliki tiga keunggulan, yaitu integrasi data, analisis Big Data, dan kemudian aksi atau mengirimkan infromasi untuk segera diambil keputusan. Bahkan, semua proses itu bisa dilakukan selama dua detik saja. Fitur two second advantage (keuntungan dua detik) ini juga merupakan kelebihan piranti lunak dari Tibco yang sudah disusung sejak awal 2014.

Ikatan dengan konsumen

Piranti lunak yang dirancang Tibco sendiri fokus pada bisnis intelijen dan analitik. Sebab, di era ledakan data saat ini, perusahaan harus mampu menyaring dan manganalisis data yang masuk dari para konsumennya secara cepat. Perusahaan juga harus mampu memberikan layanan yang baik dan cepat.

 Pada saat konferensi Tibco Now 2014, perusahaan yang berbasis dai Silicon Valley California ini mendemonstrasikan betapa pentingnya respons yang cepat dari perusahaan untuk mengikat pelanggannya.

Di era sosial media ini, seseorang yang akan berbelanja sepatu A dan pergi ke toko B akan dengan mudah memasang status menginformasikan melalui akunnya. Dengan teknologi Fast Data, toko tersebut bisa langsung merespons secara cepat keinginan pelanggannya dengan memberikan berbagai petunjuk. Sebab, bisa saja, pelanggan tersebut berubah pikiran hanya dalam hitungan detik, setelah melihat informasi dari toko pesaingnya. Dan jika itu terjadi, maka peluang bisnis itu akan hilang.

Setelah berbelanja, data konsumen juga dikumpulkan, dianalisis, dan sebisa mungkin dijaga agar tetap loyal. Mungkin bisa diberikan beberapa program seperti kupon diskon, informasi produk terbaru, dan informasi lainnya. 

Contoh lain yang memanfaatkan Big Data adalah perusahaan ekspedisi FedEx. Perusahaan logistik tersebut memanfaatkan teknologi otomatisasi untuk menjalankan jutaan transaksi per detik dan proses pelacakan ratusan juta paket per detik secara online.

Matt Quinn, CTO Tibco mengatakan platfrom Fast Data ini akan terus disempurnakan agar bisa dengan mudah digunakan perusahaan berbagai bidang dan diakses melalui aplikasi pada telepon genggam oleh konsumen.  Fitur baru yang ditambahkan juga adalah Tibco EngagementFlows, kemampuan analisis untuk menyampaikan konten personal, penawaran dan pesan berdasarkan aktivitas baru-baru pelanggan, dan interaksi berdasarkan perilaku pelanggan.

CEO Tibco Vivek Ranadive mengatakan setiap bisnis pada era saat ini sekarang akan terhubung dengan jaringan media sosial dan produk-produk yang tidak tahan lama. Era ledakan data ini, kata Vivek, sudah memunculkan perusahan-perusahaan baru yang hanya memanfaatkan kecepatan respons dari data yang masuk.

Contohnya Amazon, toko buku online yang menjadi toko buku terbesar di dunia, namun tidak memiliki toko fisik. Kemudian Uber, layanan rental mobil dan taksi yang justru tidak memiliki satupun kendaraan dan garasi. Perusahaan lain yang berhasil memanfaatkan ledakan data, perusahaan jasa travel penerbangan dan hotel, dan toko jual beli online.

“Perusahaan yang tidak memanfaatkan ledakan data yang akan menjadi pecundang,” kata Vivek.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper