Tren Layar Sentuh Smartphone Terus Berkembang

Sanjey Maltya
Senin, 20 Oktober 2014 | 19:19 WIB
Bagikan
Bisnis.com, JAKARTA--Belakangan, vendor ponsel pintar berlomba-lomba menghadirkan inovasi terbaik dalam layar sentuh.
 
Alasannya cukup sederhana, sebagian pendapat menyatakan efisiensi dari layar yang menjadi semakin besar tanpa disemat papan ketik.
 
Paruhan kecil lain berucap, mengusap dan menyentuh lebih dinikmati ketimbang memencet.
 
Mereka semua melupakan layanan data yang katanya berkontribusi terbesar terhadap pendapatan operator, mayoritas diisi dengan telekomunikasi kata-kata.
 
Lepas dari ingatan untuk mengedepankan akurasi terhadap input, dan lebih memilih output.
 
Padahal tak sedikit pula pengguna mendaya-guna ponsel cerdasnya demi menunjang produktivitas, di luar untuk hiburan semata.
 
Biasanya pengguna jenis ini berasal dari kalangan profesional yang saban hari berkutat dengan e-mail maupun aktivitas kirim-terima data di pelbagai bidang industri.
 
Atau sekali-dua harus melakukan komunikasi di lapangan dengan platform obrolan (messaging).
 
Semisal Geordie Greig. Menurut Geek.com, jurnalis asal negeri Britania Raya tersebut sukses menulis buku lewat ponsel BlackBerry.
 
Pada 3 Oktober tahun lalu, buku bertitel Breakfast with Lucian ini akhirnya dicetak rapi oleh penerbit Jonathan Cape pada 272 halaman kertas berisi 80.000 kata yang diinput melalui papan ketik ponselnya.
 
Greig mengakui, profesinya tak meluangkan banyak waktu dan memaksa berpindah-pindah tempat dalam waktu singkat. Maka ia memilih mendaya-guna ponsel cerdasnya.
 
Serupa itu, ada penulis fantasi Brett Restall. Seorang wirausahawan yang hanya memiliki sedikit waktu untuk menyelesaikan kisah triloginya The Shadow Axe (2014). Ia mengaku pernah menulis 50 halaman dengan BlackBerry sebelum akhirnya dikirim ke meja penerbit asal Swedia, Elementa yang mengambilnya.
 
Menariknya, adapula yang menganggap ponsel cerdas sebagai perangkat substitusi laptop. Memang alasan penulis bernama komplit Dough Shuler berbeda dengan dua profesional sebelumnya.
 
Dia mengaku tidak memiliki laptop. Jadi mau tak mau dia mengandalkan perangkat yang ada, kebetulan BlackBerry dengan desain papan ketik qwerty untuk mendukung pekerjaannya.
 
Tak cuma beberapa halaman, Shuler ternyata cukup produktif dengan menghasilkan tiga buku melalui ponsel kepunyaannya.
 
Ditilik lebih dalam selain tombol-tombol disusun rapat sejajar, beberapa varian ponsel BlackBerry menyematkan material karet lembut yang mengusung tekstur serat karbon di panel penutup baterai. Sehingga ketika ibu jari mengetik, jari yang lain mendarat di permukaan yang tidak licin.
 
Memandang varian baru Passport yang sedikit besar dan unik juga mengusung layar sentuh, BlackBerry agaknya memiliki maksud tertentu dalam mengakomodir kebutuhan penggunanya.
 
Public Relations Manager PT RIM BlackBerry Indonesia Yolanda Nainggolan mengatakan meski BlackBerry Messanger (BBM) telah berstatus open-platform sehingga kini bisa digunakan melalui operating system (OS) mana saja, perusahaan tetap tidak lupa akan pengembangan ponsel.
 
"Memang sekarang ini BlackBerry mengincar segmen enterprise dengan penyediaan solusi keamanan komunikasi data,"ujarnya saat berbincang dengan Bisnis, Selasa (14/10).
 
Selain itu, dia mengungkap dalam segmen tersebut ada empat lini bisnis perusahaan selain BBM, yakni mobile device management (MDM) yakni integrasi sistem yang ada di kantor dengan ponsel pintar karyawan, layanan e-money BBM, serta solusi machine-to-machine (M2M) dari teknologi QNX.
 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Sanjey Maltya
Editor : Rustam Agus
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper