Bisnis.com, JAKARTA - Peneliti utama Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Prof Evy Kartini mengatakan Indonesia telah mampu menguasai teknologi Baterai Lithium.
"Kalau 5 tahun lalu, ketika dikasih tahu mengenai teknologi itu mungkin kita masih belum mengerti. Tapi sekarang, kita sudah menguasai teknologi itu," ujar Evy dalam konferensi pers di Puspitek, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Senin (13/10/2014).
Baterei Lithium adalah baterei yang digerakkan oleh ion Lithium. Baterei tersebut dimanfaatkan dalam berbagai bidang seperti baterei telepon seluler maupun baterei mobil listrik.
Dia menjelaskan dengan menggunakan teknik neutron atom ringan maka lithium dan hydrogen dapat diidentifikasi. "Teknik neutron bisa mengetahui pergerakan dari Lithium. Setelah itu kita bisa melakukan modifikasi," jelas dia.
Batan telah berhasil memproduksi baterai dalam skala laboratorium. Sedangkan dalam skala produksi dilakukan oleh LIPI. Pemerintah mengalokasikan dana sebesar Rp100 miliar untuk pengembangan dan produksi baterei yang akan digunakan untuk mobil listrik itu.
Batan mendapatkan dana sebesar Rp20 miliar untuk pembuatan laboratorium dan pengembangan baterai. Sedangkan LIPI mendapat Rp80 miliar untuk produksi.
"Permasalahan utama dari produksi baterai itu adalah belum ditemukannya sumber Lithium, yang berasal dari batuan, karbonat, dan air laut," beber pakar baterei itu.
Kepala Batan Djarot Wisnubroto, mengatakan baterai menjadi kebutuhan utama pada masa depan. "Baterei digunakan mobil listrik maupun telepon seluler," kata Djarot.
Dia mengharapkan Indonesia bisa memproduksi baterei dengan kapasitas besar dalam bentuk kecil.
Batan mengadakan pekan sains internasional yang terdiri dari tiga kegiatan sekaligus pada 13-17 Oktober yakni konferensi internasional material dan teknologi, riset bersama mengenai baterai, dan "AONSA Scattering Neutron School".