Kadar Uap Air Meningkat, Perubahan Iklim Makin Dekat

Samdysara Saragih
Selasa, 29 Juli 2014 | 17:55 WIB
Penampakan permukaan matahari saat terjadi transit bulan (lunar transit). Perubahan iklim makin dekat/NASA
Penampakan permukaan matahari saat terjadi transit bulan (lunar transit). Perubahan iklim makin dekat/NASA
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA --Para ilmuwan di Amerika Serikat membuktikan sekali lagi efek negatif dari gas karbon dioksida. Selain telah lama diketahui meningkatkan suhu Bumi, gas  yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil itu juga meningkatkan kadar uap air di troposfer atas.

Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal online Proceedings of the National Academy of Sciences, pada 28 Juli 2014, para peneliti menunjukkan bahwa kenaikan konsentrasi uap air di atmosfer adalah akibat langsung dari aktivitas manusia yang berdampak pada perubahan iklim dalam beberapa dekade ke depan.

“Studi ini adalah yang pertama yang mengonfirmasi bahwa aktivitas manusia meningkatkan uap air di troposfer atas,” kata Brian Soden, salah seorang peneliti dan guru besar Sekolah Ilmu Atmosfer dan Kelautan Rosenstiel, Universitas Miami. 

Troposfer merupakan lapisan terbawah dari atmosfer yang mengandung uap air dari proses penguapan dan transpirasi. Sekitar 99% uap air dan aerosol pada atmosfer disumbangkan dari troposfer. Terdiri dari empat lapisan,  troposfer bagian atas  terletak 3-7 mil di atas Bumi.

Dalam penelitiannya, Soden dan tim menyelidiki peyebab potensial dari 30 tahun pelembaban di troposfer atas. Mereka mengukur uap air di daerah tersebut dari data yang dikumpulkan dari satelit NOAA lantas membandingkannya dengan model prediksi iklim sirkulasi air antara lautan dan atmosfer.

Dengan menggunakan sejumlah model eksperimen tersebut, para peneliti menemukan bahwa kanaikan uap air di troposfer atas bukan disebabkan faktor alam seperti aktivitas gunung berapi dan matahari, melainkan dipengaruhi peningkatan gas rumah kaca seperti  karbon dioksida (CO2).  

Sebagaimana diketahui, gas rumah kaca menaikkan suhu dengan memerangkap panas radiasi Bumi di dalam atmosfer. Pemanasan ini, ternyata juga meningkatkan akumulasi uap air atmosfer, tempat di mana gas rumah kaca paling melimpah berada. Kelembaban atmosfer menjebak panas radiasi tambahan dan kemudian meningkatkan suhu Bumi.

Model iklim memprediksi bahwa ketika iklim menghangat hasil pembakaran bahan bakar fosil, konsentrasi uap air juga akan meningkat. Pelembaban atmosfer, pada gilirannya, menyerap lebih banyak panas dan menaikkan suhu Bumi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Editor : Ismail Fahmi
Sumber : Sciencedaily.com
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper