Bisnis.com, JAKARTA—Implementasi teknologi long term evolution (LTE) tak akan mudah diterapkan di Indonesia. Ada banyak hal yang perlu dipikirkan sebelum teknologi 4G itu resmi digunakan di Tanah Air.
Staf Ahli Menkominfo Kala mullah Ramli mengatakan ada hal penting yang dihadapi Indonesia saat ini bila ingin menerapkan teknologi selanjutnya termasuk LTE.
“Isu krusial yang dihadapi adalah krisis spektrum dan implementasi IPv6. Roadmap IPv6 Indonesia belum sejelas televisi digital,” ujarnya dalam diskusi LTE yang digelar Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) di Jakarta, Selasa (16/7/2013).
Implementasi LTE memerlukan lebar pita 20MHz untuk masing-masing operator. Padahal, katanya, pada spektrum 1.800MHz hanya ada dua operator yang memiliki kriteria tersebut.“Ada Indosat 20MHz dan Telkomsel 22,5 MHz, tapi itu pun tidak contiguous jadi terhambat juga.”
Kalamullah menambahkan spektrum 700MHz dapat menjadi solusi telekomunikasi di perdesaan, sedangkan 2,6GHz dapat menjawab kebutuhan layanan broadband di perkotaan.
Untuk mendapatkan lebar pita yang cukup, pemerintah sebaiknya mendorong konsolidasi antaroperator termasuk skema akuisisi dan merger.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) segera mengimplementasikan teknologi long term evolution (LTE) di spektrum 2,3GHz pada akhir tahun ini.
“Di dunia banyak yang sudah pakai LTE. Akhir tahun ini sudah mulai buka peluang,” ujar Menkominfo Tifatul Sembiring belum lama ini.
Meski begitu dia mengaku Kominfo belum bisa menetapkan di frekuensi mana saja LTE akan dikembangkan.
Tifatul menegaskan implementasi LTE perlu segera dilakukan. Beberapa spektrum yang berpotensi besar digunakan adalah 700MHz dan 1.800MHz. Saat ini spektrum 700MHz masih digunakan untuk penyiaran televisi analog sedangkan untuk menggunakan 1800MHz harus dilakukan
refarming terlebih da hulu.
Adapun, Direktur Telekomunikasi Kominfo Ismail, menyebutkan di Indonesia sudah telanjur terjadi perang tarif data seperti halnya yang terjadi pada layanan suara. Hal itu juga harus dikaji demi menjaga kelangsungan bisnis operator.
“Apakah betul LTE sudah mencapai harapan nanti? Apakah sudah tepat waktu? Jangan sampai justru harus membayar biaya proses edukasi nanti,” kata Ismail.
Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah biaya migrasi serta kesiapan terkait dengan keamanan jaringan. Keamanan telekomunikasi yang sudah menggunakan full IP (internet protocol) adalah hal pen ting. Pasalnya masya rakat yang berkomunikasi mengguna kan IP based juga berpo
tensi terkena serangan cyber.
Ismail mengatakan pihaknya saat ini tengah menyusun sejumlah regulasi terkait rencana implementasi LTE. Salah satu yang tengah disusun adalah dokumen critical infrastructure plan yang menempatkan telekomunikasi sebagai aset kritis.
“Telekomunikasi sudah sama kritikal seperti air minum, perbankan dan lainnya. Kasus pencurian kabel laut beberapa waktu lalu dampaknya bisa besar.”
Tidak hanya untuk operator GSM, Ismail mengatakan implementasi LTE juga menarik dilakukan operator CDMA begitu pula dengan BWA (broadband wireless access).
Saat ini sudah ada tiga operator BWA yang siap menggelar layanan LTE TDD (time division duplex) di spektrum 2,3GHz yang sudah dibuka pemerintah. LTE TDD hanya dapat digunakan layanan data, sedangkan di lebih dari itu operator telekomunikasi harus mengadopsi LTE FDD (frequency division duplexing).