Indonesia pernah menghadapi krisis keuangan hebat pada periode 1997—1998. Nilai tukar rupiah terjerembab amat dalam yang berakibat terpukulnya sektor riil. Dampak langsungnya, industri keuangan dalam negeri yang mengucuri modal pengusaha sektor riil turut kalang kabut.
Tak sedikit kalangan yang menjadi saksi mata dan merasakan betapa ‘kerasnya’ hantaman krisis moneter kala itu. Hanya dalam waktu singkat, Indonesia langsung kehilangan posisinya sebagai negara tujuan investasi.
Sejak kejadian tersebut, perlahan fondasi perekonomian yang sempat lebur ditata ulang. Industri keuangan mulai menemukan kepercayaan diri. Sektor riil kembali bergeliat dan terus menunjukkan pertumbuhan.
Memasuki penghujung 2011, Indonesia kembali menemukan statusnya sebagai negara tujuan investasi oleh sejumlah lembaga pemeringkat investasi, setelah 13 tahun lepas dari genggaman.
Pasang surut kondisi perekonomian nasional ini dirasakan pula oleh Rima N. Suhaimi, Presiden Direktur PT OSK Nusadana Asset Management. Sosok yang berkecimpung di industri keuangan Tanah Air lebih dari 20 tahun.
“Di industri keuangan ini saya pernah merasakan naik turunnya,” ujarnya ketika berbincang dengan Bisnis di seputaran area kantor di bilangan Sudirman Jakarta. Dia menggambarkan karier yang dimulainya benarbenar dari nol. Kepingan pengalaman yang ditemukan di lapangan membuat kemampuan manajerialnya terbentuk, ketika dirinya berkiprah di kelompok perusahaan keuangan Asian Development Bank (ADB) yang tengah membangun industri keuangan, termasuk pasar modal di Indonesia.
Rima memulai meniti karier di perusahaan sekuritas PT Asian Development Securities, anak perusahaan sekuritas terbesar di Jepang pada saat itu. Tahun-tahun berikutnya, dia sempat bekerja di PT BNI Securities dan PT BT Prima Securities, anak perusahaan Banker Trust, perusahaan investasi asal Amerika Serikat. Mulai 1998—2008, Rima bergabung dengan PT ABN AMRO Manajemen Investasi.
Karirnya di PT ABN AMRO Manajemen Investasi diawali sebagai Institutional Salessampai akhirnya memperoleh kepercayaan memegang tanggung jawab Business Development dengan jabatan terakhir sebagai Presiden Direktur. “Sebenarnya saya mulai explore pasar modal, terutama manajer investasi saat saya bekerja di BNI Securities,” ungkapnya.
Sempat berpindah ke sejumlah perusahaan keuangan, berlabuhlah kakinya di OSK Nusadana Asset Management. Perusahaan asset management ini tergolong pendatang baru, tetapi sebagian sumber daya manusia (SDM) yang mengelolanya merupakan pemain kawakan pasar modal.
OSK Nusadana Asset Management merupakan anak usaha PT OSK Nusadana Securities Indonesia. Perusahaan ini bagian dari OSK Group, salah satu perusahaan penyedia jasa keuangan regional yang berkantor pusat di Malaysia.
Interaksi informal
Kiprah di industri keuangan yang sudah puluhan tahun digelutinya, membuat jebolan De La Salle University, Manila Filipina ini merasakan berbagai tantangan dan gelombang naik turunnya industri tersebut. Rima menyebut dirinya pernah melewati tekanan-tekanan dalam pekerjaan.
Berbekal pengalaman itu, perempuan yang akrab dipanggil dengan sapaan madame oleh anak buahnya ini berupaya membangun dan mencipta pola kerja yang menyenangkan. “Saya pernah di lapangan dan merasakan tekanan. Saya pernah jadi pimpinan. Hal-hal seperti itu yang ingin saya bagi,” jelasnya.
Secara profesional, Madame Rima menetapkan target dalam setiap pekerjaan yang akan dilewati. Namun, satu sisi dirinya ingin selalu membuat orang-orang di sekelilingnya, terutama yang bekerja dengan dirinya merasa senang.
Sekadar membuat acara kecil-kecilan di kantor atau jalan-jalan keluar bersama anak buah untuk berburu kuliner, merupakan satu hal yang kerap dilakukannya. Bahkan, sesekali dia juga menyempatkan untuk mengajak timnya menonton film di bioskop bersama-sama.
Anak buahnya yang terdiri dari 21 orang, beberapa di antaranya merupakan orang-orang yang pernah bekerja bersama dirinya. Dalam hal ini, dirinya merasa terbantu karena telah mengetahui kapasitas orang-orang tersebut.
Rima tak pernah membedakan strata, baik dari sisi sosial maupun pendidikan. Di matanya, ketika terjadi kelalaian maupun ketidakberesan dalam pekerjaan, dia memilih menyampaikan masukan atau kritik secara langsung.
Bukan berarti kritik tersebut bentuk kemarahan. Baginya, umpan balik (feedback) maupun masukan sangat penting diberikan kepada siapa pun anggota tim. “Kalau kita nggak kasih feedback ke orang, mereka kira yang dikerjakan itu benar. Akhirnya mereka akan tumbuh dengan pola yang salah,” katanya.
Sesering mungkin, Rima selalu berusaha memberi feedback kepada timnya, agar berkembang sesuai dengan target dan rencana perusahaan, termasuk untuk membentuk pola kerja tim tangguh yang dipimpinnya.
Dia juga dengan terbuka menerima masukan dari orang lain. Kehidupan ini, menurut Rima terus berputar. Tak selamanya, dirinya akan terus di atas seiring dengan bertambahnya usia dan turunnya produktivitas kerja.
“Jangan sampai mentang-mentang kita posisi di atas terus tidak mau belajar, kita harus belajar. Industri ini terus berkembang, tantangannya juga berkembang,” tuturnya. Hasil kerja yang dicapai dan posisi yang diraih saat ini, selain bermodal dari pengalaman, merupakan dorongan dan hasil kinerja tim. “Hasil kerja mereka [tim kerja] yang menekan saya naik, bukan saya yang minta didorong ke atas,” kata Rima menggambarkan posisinya saat ini.
Selama 3 tahun memimpin OSK Nusadana Asset Management, Rima mematok ambisi menjadikan perusahaan tersebut masuk dalam 10 besar sebagai perusahaan manajer investasi terbaik di Indonesia. Tantangan yang menurutnya realistis melihat perekonomian dalam negeri yang semakin terjaga. “Gampang saja, dulu jalan di depan itu macet. Tapi nggak semacet ini. Satu sisi kita sedih, karena makin macet, namun sisi lain menunjukan semakin banyak orang punya duit,” paparnya.
Potret ini membuka pintu masuknya peluang investasi dari masyarakat. Meski tak semua orang, memahami kebutuhan investasi, kesempatan tersebut terbuka lebar. Dengan pendapatan per kapita penduduk yang sudah di atas US$3.000, bagi Rima kondisi itu merupakan fakta yang tak bisa diabaikan. “Kabarnya kalau sudah tembus 3.000, ke atasnya akan lebih gampang,” dia memperkirakan.
Meski menyadarkan pemahaman investasi ke masyarakat masih perlu kerja ekstra, bagi sebagian perusahaan investasi kondisi yang saat ini terjadi merupakan fase baru dalam industri keuangan. “Karena semakin banyak orang kaya dan sebagian sadar dengan tujuan keuangan masa depannya, maka industri ini akan terus berkembang,” imbuhnya. Sejauh ini, Rima masih menikmati dan ingin menjadi bagian dari fase baru industri keuangan Tanah Air. ([email protected]/sut)