Bisnis.com, JAKARTA — Media sosial diramaikan dengan spekulasi bahwa lonjakan pesanan pizza, roti bulat yang di atasnya terdapat berbaga macam toping, di dekat Pentagon ada kaitannya dengan aktivitas operasi militer Amerika Serikat ke Iran.
Beberapa komunitas media online berspekulasi bahwa menjelang serangan pertama Israel dalam konflik terbarunya dengan Iran, para pengguna internet mengklaim melihat lonjakan pesanan pizza dari restoran-restoran di sekitar Pentagon, markas besar Departemen Pertahanan AS. Fenomena ini, menurut mereka, bisa menjadi sinyal bahwa sesuatu yang besar sedang dipersiapkan—dan kembali menghidupkan teori yang kini dikenal sebagai "Pizza Index".
Teori ini dipopulerkan oleh akun anonim di X (dulu Twitter) bernama Pentagon Pizza Report. Mereka berpendapat bahwa lonjakan mendadak dalam pesanan makanan cepat saji—terutama pizza—di sekitar Pentagon sering kali bertepatan dengan persiapan operasi militer besar.
Dilansir dari AN, Jumat (20/6/2025), pekan lalu, saat Israel meluncurkan serangan ke Iran, akun tersebut mencatat lonjakan pesanan di District Pizza Palace, sebuah restoran takeout sekitar tiga kilometer dari Pentagon, sekitar pukul 19.00 waktu Washington—hanya satu jam sebelum serangan dimulai.
Seeing “busy” pizza joints near the Pentagon on Google Maps?
— Dr. Dominic Ng (@DrDominicNg) June 17, 2025
There’s apparently a name for this: the Pentagon Pizza Index. When Pentagon staff can’t leave their desks during crisis situations, pizza orders spike.
It correctly predicted major events from the 1990 Gulf War to… pic.twitter.com/bMFnXygQGl
Walaupun teorinya jauh dari ilmiah, para pengikutnya menunjuk pada sejumlah "kebetulan sejarah" misalnya, lonjakan pesanan pizza juga tercatat sebelum Operasi Desert Storm tahun 1991 dan invasi AS ke Panama tahun 1989.
Dalam beberapa bulan terakhir, pola serupa juga diamati menjelang insiden besar di Timur Tengah, termasuk sebelum serangan balasan Iran ke Israel dan sebelum pembunuhan tokoh-tokoh penting seperti Ismail Haniyeh dan Hassan Nasrallah.
Meski unik, "Pizza Index" menuai skeptisisme dari para analis militer. Mereka menegaskan bahwa intelijen sungguhan mengandalkan indikator nyata seperti pergerakan pasukan, citra satelit, dan briefing rahasia—bukan data pesanan makanan.
Namun, di era digital, teori ini tetap menarik. Dengan alat seperti Google Maps yang bisa melacak kepadatan pengunjung toko secara real-time, data non-tradisional seperti pesanan pizza atau keramaian bar di sekitar Pentagon jadi bahan spekulasi baru.
Misalnya, Pentagon Pizza Report juga memantau keramaian di bar populer bagi staf pertahanan. Saat serangan Israel ke Iran, bar tersebut dilaporkan sepi—diinterpretasikan sebagai tanda bahwa para pejabat Pentagon sibuk bekerja. Namun, pada malam rapat Dewan Keamanan Nasional AS, bar justru penuh sesak.
Baca Juga Boycott Impact Hits Starbucks (MAPB), Unilever (UNVR), Pizza Hut (PZZA) as 2024 Profits Slide |
---|
Bernard Maiks, mantan pemilik lebih dari 40 gerai Domino’s Pizza di sekitar Pentagon, pernah mengatakan kepada The Times bahwa jurnalis sering melewatkan tanda-tanda konflik karena "mereka sudah tidur lelap" saat pengemudi pizzanya sibuk mengantarkan pesanan ke Departemen Pertahanan.
Apakah "Pizza Index" sekadar anekdot lucu atau pertanda nyata akan datangnya perang? Jawabannya masih diperdebatkan. Namun di era perang berbasis algoritma dan pengawasan digital, bahkan sepotong pepperoni bisa jadi petunjuk penting bagi mereka yang tahu cara membaca sinyal-sinyal kecil di tengah hiruk-pikuk dunia maya.