Startup Wajib Tahu, Ini Sektor yang Masih Dilirik Modal Ventura

Akbar Maulana al Ishaqi
Rabu, 17 Juli 2024 | 13:18 WIB
Ilustrasi startup. Dok Freepik
Ilustrasi startup. Dok Freepik
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro membeberkan industri sektor yang masih digemari perusahaan modal ventura untuk mengucurkan permodalan di tengah kondisi tech winter. 

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pembiayaan modal ventura pada Mei 2024 turun 11,96% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp16,21 triliun.

Tren penurunan tersebut terjadi sejak Maret 2024 dengan kontraksi 10,18% dengan nilai Rp16,79 triliun, dan April 2024 mengalami kontraksi 12,61% dengan nilai Rp16,32 triliun.

"Perusahaan modal ventura lokal masih tertarik di fintech, agritech, healthtech, energytech termasuk climate," kata Eddi kepada Bisnis, Rabu (17/07/2024).

Eddi menjelaskan masih banyak tantangan yang membuat realisasi pembiayaan modal ventura di Indonesia terus tergerus. Namun, dirinya optimis bahwa semakin besar masalah semakin besar peluang terbuka.

Dia memberi contoh sektor finansial yang menjadi kendala adalah literasi finansial yang masih minim hingga akses ke produk keuangan yang masih terbatas.

"Kemudian kalau di sektor agri itu masalah suplai, harga, inefisiensi, dan lain-lain," ujarnya.

Kendati demikian, dia mengatakan secara global pasar Indonesia masih menjanjikan. Perusahaan data venture capital Magnitt dalam laporannya menyebut total pendanaan di pasar modal berkembang (emerging vantures market) EVM sepanjang semester I 2024 USD3.469 miliar, turun 34% dibanding Semester I/2023.

Dari porsi tersebut Asean memimpin dengan nilai, US$2.209 juta atau turun 31% dari Semester I/2023. Asean juga menjadi wilayah dengan transaksi tertinggi, sebanyak 235 transaksi.

Sayangnya, posisi Indonesia masih kalah dengan Singapura dan Malaysia. Pembiayaan modal ventura di Singapura mencapai US$1.324 juta, Thailand USS375 juta, dan Indonesia berada di posisi ketiga sebesar US$263 juta.

Eddi menilai data tersebut bisa saja tak akurat karena banyak perusahaan rintisan atau startup Indonesia yang punya holding perusahaan di Singapura. Namun, dirinya optimis Indonesia masih punya potensi yang cukup besar.

"Yang saya pahami hasil diskusi, Indonesia, Vietnam dan Filipina yang diminati. Thailand juga, tapi unggul di sektor-sektor tertentu seperti renewable energy," ujarnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper