Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia Japan Business Network (IJB.Net) melakukan sejumlah upaya untuk membuat hubungan antara Jepang dan Indonesia makin erat. Keduanya saling mengirim SDM hingga asistensi pendidikan industri 4.0.
Ketua Umum IJBNet Suyoto Rais mengatakan keduanya saling mengirim sumber daya manusia (SDM) terampil khusus dan program pelatihan untuk membantu kekurangan tenaga kerja di Jepang.
IJBNet menggelar program untuk mendukung pengembangan ekspor produk Indonesia ke Jepang, khususnya untuk memasok industri bioenergi dan pangan.
“Selain itu ada juga program asistensi pendidikan industri 4.0, melakukan kerja sama dengan pakar manufaktur dan adopsi teknologi lainnya dari Jepang,” kata Suyoto di Jakarta, Selasa (8/8/2023).
Sementara itu Ketua Dewan Penasihat IJBNet Sanny Iskandar mengatakan Indonesia pernah menjadi primadona investasi Jepang. Rekor ini kemudian tergantikan dengan negara lain.
Oleh sebab itu dengan hadirnya IJBNet diharapkan dapat membuat Indonesia berjaya lagi, melalui kerja sama dengan para pelaku usaha di Jepang.
“Untuk mengembalikan kejayaan dari industri manufaktur Jepang di Indonesia. Tentunya semuanya ini perlu diapresiasi, sehingga pada waktu itu peluncuran IJBNet ini dilakukan dengan meriah,” kata Sanny.
Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN Mego Pinandito mengatakan sampai saat ini sudah ada banyak kerja sama teknologi antara Indonesia dengan Jepang. Keduanya juga menjalin kerja sama di bidang riset, yang kemudian dapat dilakukan komersialisasinya dan menjadi salah satu produk.
Namun, dia menyampaikan apa yang telah dilakukan belum cukup dan masih harus ditingkatkan, mengingat banyak sekali potensi kerja sama yang dapat dijalan di berbagai bidang seperti di bidang produk pertanian, perkebunan atau lain sebagainya, yang dapat dimanfaatkan dengan sektor pangan itu sendiri.
“Atau pun teknologi menjadi energi atau menjadi produk-produk lainnya, menjadi produk konkrit benda. Kita terus perlu melihat kembali riset riset yang dilakukan,” kata Mego.
BRIN juga mendorong agar produk-produk yang awalnya dijual dalam bentuk bahan baku dapat ditambahkan nilainya menjadi barang-barang yang sudah dikembangkan oleh Indonesia sendiri, untuk kemudian menjadi produk-produk yang dapat diperjualbelikan di dunia internasional.
Lebih lanjut, kata Mego, tentang kegiatan teknologi mayoritas untuk sektor pertanian, pertambangan, dan lain sebagai. Ke depannya kerja sama perlu diperluas untuk mendorong transformasi digital.
“Misalnya space industry yang mungkin di Indonesia masih belum tetapi kita dapat kita kembangkan. Kemudian kita juga bisa mengembangkan berbagai hal, kita melihat biodiversifikasi pertanian yang ada itu masih banyakan yang ada di darat. Kita perlu juga melihat pada berbagai potensi yang ada di laut, di laut pasifik, laut samudra hindia dan lain sebagainya,” kata Mego.