Bisnis.com, JAKARTA — PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) fokus melayani masyarakat di luar kota Tier I untuk memberikan akses ekonomi yang aman dan merata. Cara tersebut juga bagian dari upaya Bukalapak menghadapi kompetisi dengan perusahaan rintisan atau startup asing yang beroperasi di Tanah Air.
Presiden Direktur Bukalapak Rachmat Kaimuddin mengatakan perusahaan berkomitmen untuk melayani pasar massal atau mass market, yang terdiri dari berbagai lapisan masyarakat. Hal ini sesuai dengan misi Bukalapak yaitu untuk menciptakan perekonomian yang adil bagi seluruh masyarakat.
“Bukalapak juga berfokus untuk melayani serta memberdayakan masyarakat di luar kota Tier 1,” kata Rachmat kepada Bisnis, Kamis ( 14/10/2021).
Rachmat mengatakan upaya tersebut juga bertujuan untuk menjembatani masyarakat yang belum memiliki rekening bank (unbanked) agar tetap bisa bertransaksi secara aman dan nyaman dengan bantuan teknologi. Salah satunya melalui warung, tempat di mana masyarakat banyak memenuhi kebutuhannya
Pada 2017, Bukalapak meluncurkan Mitra Bukalapak, sebuah program O2O (Online to Offline) untuk membantu optimalisasi persebaran teknologi di kota-kota tersebut melalui warung dan agen individual.
Rachmat juga mengatakan perseroan terus mendorong percepatan inklusi di Tanah Air, dengan menghadirkan BMoney, sebuah aplikasi investasi untuk berinvestasi dengan aman, dan mudah.
“BMoney kami hadirkan sebagai salah satu strategi perusahaan dalam mendorong minat investasi di Indonesia,” kata Rachmat.
Sebelumnya, Direktur Digital Business PT Telkom Indonesia Tbk. Muhammad Fajrin Rasyid mengatakan kearifan lokal kental hubungannya dengan posisi startup lokal dalam menghadapi kompetisi dengan pemain global.
Dalam beberapa kasus, startup lokal sukses dalam menghadapi startup global sebagaimana yang terjadi pada 2016–2018. Definisi startup lokal sendiri menurut Fajrin adalah startup yang dibangun di dalam negeri.
Saat itu, Dominasi Gojek membuat Uber berhenti beroperasi (2018), Tokopedia dan Bukalapak mendorong Rakuten berhenti beroperasi (2016), begitupun dengan Foodpanda (2016) yang kalah bersaing dari GoFood/GrabFood.