Bisnis.com, JAKARTA — Geliat startup fesyen Indonesia semakin menanjak tiga tahun terakhir. Bahkan, selama pandemi pertumbuhannya startup fesyen kian pesat dan bersaing satu sama lain.
Koordinator Pusat Inovasi dan Inkubator Bisnis Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dianta Sebayang mengutip dari data Hootsuite, bahwa penjualan produk fesyen dan kecantikan meningkat 50,7 persen pada 2020 dibandingkan dengan 2019.
"Pandemi ini memberikan keuntungan sangat besar bagi para pemain startup hingga penjualan produk melalui e-commerce. Termasuk juga transaksi secara digital," katanya, Kamis (9/9/2021).
Menurutnya, munculnya berbagai perusahaan rintisan fesyen Indonesia juga menimbulkan daya saing dan strategi bisnis yang sengit. Mulai dari potongan harga, cashback, berkolaborasi dengan berbagai pihak, bahkan menggelar pagelaran busana di luar negeri.
Menurut Dianta, untuk daya saing utama startup fesyen Indonesia, jika dibandingkan negara lain di Asean lainya adalah pangsa pasar yang sangat besar. Saat ini, sekitar 50 persen pangsa pasar Asean adalah Indonesia.
Namun, menurutnya di dalam bisnis digital pangsa pasar tidak mengenal batas negara. Jadi konsumen bisa beli barang darimana saja.
"Oleh karena itu, pemerintah harus mampu melindungi produk maupun startup Tanah Air. Mulai dari startup yang kepemilikannya mayoritas masih dimiliki oleh WNI, atau perusahaan domestik," ujarnya.