Jumlah Pengguna Edutech Bisa Tumbuh Dua Digit, Ini Alasannya

Akbar Evandio
Minggu, 22 Agustus 2021 | 21:04 WIB
Ilustrasi siswa Sekolah Dasar didampingi orang tua melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan sistem daring pada hari pertama tahun ajaran baru 2020-2021 di Palembang, Sumatera Selatan, Senin (13/7/2020)./ANTARA FOTO-Feny Selly
Ilustrasi siswa Sekolah Dasar didampingi orang tua melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan sistem daring pada hari pertama tahun ajaran baru 2020-2021 di Palembang, Sumatera Selatan, Senin (13/7/2020)./ANTARA FOTO-Feny Selly
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan jumlah pengguna perusahaan rintisan (startup) di bidang teknologi pendidikan diramal mampu bertumbuh hingga dua digit hingga akhir 2021. Masyarakat luar pulau Jawa diyakini menjadi katalisnya.

Sekadar informasi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebutkan bahwa pemerintah akan memfokuskan kebijakan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja atau RAPBN 2022 pada enam hal, salah satunya infrastruktur yang mendukung adaptasi teknologi dalam memperluas akses internet dan mendukung proses belajar daring.

Berdasarkan draf Nota Keuangan Tahun Anggaran 2022, pemerintah menyiapkan anggaran pendidikan Rp541,7 triliun. Dana itu diutamakan untuk beberapa kegiatan, seperti peningkatan kompetensi guru, penguatan pendidikan vokasi dan karakter.

Pemerintah juga memfokuskan penggunaan anggaran untuk menunjang kegiatan belajar daring, terutama di daerah yang belum terjangkau internet.

Pengamat telekomunikasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Joseph Matheus Edward mengatakan bahwa dampak RAPBN terhadap perusahaan rintisan berbasis pendidikan sangat besar lantaran sampai hari ini platform tersebut menjadi salah satu motor penggerak belajar daring di Indonesia.

“Potensi peningkatan edutech kedepannya harusnya bisa hingga [naik] dua digit. Untuk semester kedua [2021] ini, bila sesuai dengan pembukaan akses di daerah sulit internet dan peserta pendidikan baru, sekitar 10—20 persen. Kalau di 2022 bisa naik lagi hingga tiga digit,” tuturnya, Minggu (22/8/2021).

Lebih lanjut, dia menjelaskan, pemerintah memiliki potensi untuk kembali menggandeng perusahaan rintisan di bidang pendidikan. Hal ini dikarenakan setiap pemain telah memiliki konten-konten baik pendidikan formal maupun nonformal.

Alhasil, peluangnya adalah peningkatan pangsa pasar yang besar. Adapun, tantangan setiap pemain ke depan adalah membuat aplikasi dengan konten yang menarik dan sesuai dengan kurikulum di setiap jenjang pendidikan, baik formal maupun nonformal.

Menurutnya, kerja sama antara pemerintah dan pemain edutech akan memberikan keuntungan juga bagi perusahaan rintisan tersebut, lantaran mereka akan mendapatkan pengetahuan mengenai apa itu pendidikan, teknik efektif pendidikan, dan evaluasi pendidikan sesuai kurikulum yang dibutuhkan.

“Ke depan akan terjadinya sinkronisasi antarlembaga di pemerintahan untuk daerah yang belum terjangkau dan memang perlu dilakukan,” katanya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan, strategi dari pemain hingga akhir 2021 yang perlu dilakukan adalah melakukan survei, analisis, dan menyediakan konten pendidikan yang cocok dengan daerah belum terjangkau.

Selain itu, mereka perlu mengajukan suatu proposal bersama agar konten pendidikan dapat diterima secara daring dan kerja sama dengan balai latihan kerja atau dinas pendidikan setempat, sehingga kontennya bisa tepat guna.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Akbar Evandio
Editor : Lili Sunardi
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper