Bisnis.com, JAKARTA – Teknologi 5G diyakini memberikan dampak positif bagi sektor pendidikan. Salah satu teknologi masa depan itu akan membuat pengalaman pelajar dalam belajar makin baik.
Pelajar bakal merasakan sensasi berada di kelas, meski sebenarnya sedang di rumah.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan kegiatan belajar mengajar bakal berkembang dengan kehadiran 5G. Teknologi tersebut akan membuat pengalaman belajar lebih menarik dan hidup.
Siswa atau siswi tidak lagi hanya menatap layar untuk mendapat informasi, tetapi juga seakan-akan hadir di kelas sehingga materi yang diserap optimal. Hal tersebut dapat tercapai karena 5G memiliki karakteristik mampu mengantarkan kecepatan internet 20 kali lipat dari 4G.
“5G yang akan datang membuat anak kita yang berada di rumah memiliki rasa seakan dia berada di kelas,” kata Lutfi dalam diskusi virtual Bisnis Indonesia Mid Year Economic Outlook 2021: 'Prospek Ekonomi Indonesia Pasca-Stimulus & Vaksinasi', Rabu (7/7/2021).
Lutfi menjelaskan bahwa 5G, benda yang digerakkan dengan internet (IoT), Blockchain, kecerdasan buatan, dan komputasi awan merupakan hilarisasi dari teknologi. Khusus untuk 5G, solusi yang diberikan tidak hanya berkutat pada dunia pendidikan, tetapi juga manufaktur.
Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) sedang fokus untuk memberikan frekuensi tambahan bagi layanan internet bergerak.
Dirjen SDPPI Kemenkominfo Ismail mengatakan Kemenkominfo sedang berusaha menghadirkan spektrum frekuensi di seluruh lapisan, termasuk di pita milimeterWave. Saat ini pita 26-28GHz tidak digunakan. Kemenkominfo melakukan kajian untuk menentukan waktu yang tepat dalam merilis pita tersebut.
Rilis dapat dilakukan lebih cepat dari 2022 atau lebih lambat, tergantung dari kematangan ekosistem dan kebutuhan operator terhadap spektrum frekuensi tersebut. Proses lelang juga akan melihat perkembangan pemanfaatan pita 28GHz secara global.
“Jangan sampai ketika dirilis nanti kosong atau tidak diimplementasikan karena belum siap secara teknologi atau aspek permodalan,” kata Ismail kepada Bisnis, Senin (28/6/2021).
Ismail menjelaskan spektrum frekuensi adalah sumber daya yang terbatas. Jika jumlah operator telekomunikasi yang berminat terhadap pita frekuensi tersebut banyak, akan dilakukan seleksi dalam bentuk bermacam-macam misalnya lelang, beauty contest dan lain sebagainya.
Pemerintah dapat menentukan skema apapun selama dilakukan secara transparan.
Adapun jika tidak ada yang berminat, kata Ismail, maka akan dilakukan negosiasi dengan perusahaan yang berminat. Spektrum frekuensi tidak diberikan secara cuma-cuma.
“Kalau tidak ada yang berminat tidak seleksi, bisa terjadi negosiasi. Tidak diberikan begitu saja,” kata Ismail.