Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengajak investor dalam negeri untuk mulai melirik perusahaan rintisan atau startup di bidang bioteknologi untuk mendorong percepatan produk farmasi di dalam negeri.
“Tolong investor-investor di Indonesia kan sudah banyak yang kaya-kaya, jangan fokus ke information technology startup saja yang ada di west coast di California Belt tetapi kita juga fokus ke biotech yang ada di east coast yang ada di Boston Massachusetts Belt,” kata Menkes Budi dalam keterangan virtual yang ditayangkan di kanal Youtube Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Selasa (15/6/2021).
Menurut Budi, institusi farmasi bakal bergeser berbasis pada penerapan dan layanan bioteknologi. Misalkan, pelayanan kanker tidak bakal menggunanakan pendekatan radiologi melainkan pengobatan berbasis biology similar.
“Di mana nanti sel pembunuhnya didesain khusus untuk mematikkan kankernya secara biologis,” kata dia.
Selain itu, dia mengatakan, vaksin-vaksin yang berbasis bioteknologi juga memiliki peforma yang relatif cepat dibandingkan jenis vaksin lain.
“Vaksin-vaksin yang cepat masuk itu dari Moderna dan Pfizer itu semua adalah perusahaan bioteknologi bahkan itu perusahaan startup,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Menkes menyebut permasalahan utama terkait penggunaan alat kesehatan (alkes) dalam negeri dan pengadaan alkes impor adalah adanya rentang jenis yang sangat luas mulai dari alkes sederhana sampai teknologi tinggi dan memiliki bahan baku yang sangat beragam.
Selain itu, bahan baku dengan spesifikasi medical grade belum banyak tersedia di dalam negeri.
"Adapula penguasaan teknologi alat kesehatan yang masih terbatas dan masih perlu dikembangkan khususnya untuk teknologi menengah sampai tinggi, serta banyaknya produk alat kesehatan impor yang membanjiri Indonesia," ujarnya.
Budi mengatakan sampai saat ini sebanyak 358 jenis produk alat kesehatan yang sudah diproduksi di dalam negeri, dalam sistem regalkes, Kemenkes.