Bisnis.com, JAKARTA – Untuk menjaga keaslian biji kopi yang disajikan kepada penikmat kopi, startup food and beverage Blue Korintji Coffee mengembangkan bisnis kopi lokal dengan konsep teknologi block chain.
Dalam pengembangan ini, Blue Korintji Coffee bekerja sama dengan perusahaan Jepang Emurgo yang memiliki teknologi block chain.
Block chain diharapkan dapat mendapatkan kepercayaan konsumen dari seluruh kalangan maupun petani yang menanam kopi. Sebab, semua proses mulai dari pemetikan hingga peracikannya benar-benar transparan, sehingga asal usul dan keaslian kopi bisa terdata dan terjamin.
Sebagai sebuah startup food and beverage, maka Blue Korintji Coffee bukan saja sebagai pionir dalam menggunakan teknologi block chain di industri kopi Indonesia, tetapi bisa menjadi contoh industri makanan dan minuman siap bersaing secara global dengan keterbukaan proses produksi dan traceability (asal-usul) yang jelas.
“Block chain ini adalah masa depan, tapi belum terlalu banyak orang-orang yang paham dan mengerti bagaimana menggunakan atau memprogram block chain. Oleh karena itu, Emurgo bekerjasama dengan universitas yang ada di Indonesia mengembangkan konsep block chain tersebut,” tutur Budi Isman, Founder Blue Korintji Coffee.
Blue Coffee Korintji memiliki nilai tambah dalam keterlibatannya mengontrol mata rantai pasok kopi kerinci, sehingga mampu memberikan keuntungan dalam kepercayaan kepada konsumen dari luar negeri maupun petani yang menanam kopi.
Shunsuke Murasaki, CEO Emurgo, mengatakan pengembangan block chain pada bisnis kopi merupakan pilot projek pertama antara Emurgo dan Blue Korintji Coffee yang bekerjasama dengan kelompok tani Alam Korintji (ALKO) dalam bentuk pembinaan kepada petani.
“Kami juga sudah melakukan kerja sama di Kintamani Bali sudah mulai memakai block chain teknologi,” jelasnya.
Dia meyakini bahwa manfaat besar juga akan dirasakan oleh petani-petani Indonesia. Sebab melalui konsep ini, setiap kopi yang di produksi memiliki transparansi dan asal usul yang jelas, sehingga memberikan dampak besar dalam harga jual ekspor.
“Ke depannya keterbukaan akan keaslian produk menjadi sebuah tren di kalangan masyarakat di seluruh dunia. Jadi, apabila Indonesia tidak memulai saat ini, kemungkinan akan sulit bersaing di pasar global,” tegas Shunsuke.