Akankan Alam Semesta Berhenti Berkembang?

Rahmad Fauzan
Kamis, 30 April 2020 | 14:10 WIB
Wisatawan asing menikmati pemandangan gugusan Bima Sakti atau Milky Way yang terlihat membujur di langit selatan pulau Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, Minggu (16/8/15)./Antara
Wisatawan asing menikmati pemandangan gugusan Bima Sakti atau Milky Way yang terlihat membujur di langit selatan pulau Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, Minggu (16/8/15)./Antara
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Rahasia yang dimiliki oleh zat paling misterius dari ilmu fisika, atau yang dikenal dalam bahasa keilmuan sebagai Hubble Tension, dapat dikuak ketika para ilmuan menjelaskan hal-hal penting yang terkandung di dalam format materi gelap (dark matter) yang telah lama menghilang.

Seperti dikutip dari Livescience.com  Kamis (30/4/2020), Hubble Tension mengacu kepada kontradiksi yang sedang berkembang di dalam dunia fisika. Kontradiksi itu berupa pernyataan bahwa alam semesta mengembang, tetapi dengan pengukuran yang berbeda maka akan menghasilkan hal yang berbeda pula.

Intinya, jika dilihat dari kalimat kontradiktif di atas, ada kemungkinan bahwa alam semesta bisa saja berhenti berkembang.

Para fisikawan menamakan zat tersebut Hubble Constant (H0). H0 dijelaskan sebagai semacam mesin yang berfungsi memisahkan seluruh entitas di alam semesta dalam jarak yang sangat berjauhan.

Seperti yang dituliskan di dalam hukum Hubble; semakin jauh sesuatu dari diri kita, maka akan semakin cepat sesuatu itu bergerak.

Adapun, terdapat dua cara yang bisa digunakan untuk mengkalkulasikan H0. Pertama, dengan cara mengamati dan mempelajari bintang-bintang dan galaksi-galaksi yang bisa dilihat, lalu ukur secara langsung seberapa cepat kedua hal itu bergerak.

Kedua, dapat dilakukan dengan cara menggali pengetahuan dan belajar tentang cosmic microwave background (CMB) atau cahaya misterius yang berasal dari peristiwa Big Bang dan mempelihatkan seluruh alam semesta, serta mengodekan informasi kunci tentang ekpansi yang sedang dilakukannya.

Namun, seiring dengan makin canggihnya akurasi teknologi yang dibuat untuk mengukur pergerakan alam semesta, membuat semakin jelas bahwa pengukuran CMB yang dilakukan sebelumnya dapat menghasilkan jawaban yang salah.

Para peneliti telah menawarkan penjelasan-penjelasan yang berbeda terkait dengan hal tersebut, mulai dari masalah-masalah yang terjadi terhadap pengukuran itu sendiri, sampai dengan kemungkinan bahwa manusia hidup di dalam bubble berkapadatan rendah yang berlokasi di dalam alam semesta yang lebih besar.

Saat ini, salah satu tim fisikawan memberi kesan bahwa alam semesta secara fundamental berubah di dalam kurun waktu sejak terjadinya Big Bang hingga hari ini.

Apabila bagian purba dari dark matter membusuk dan kehilangan eksistensinya, hal tersebut pastinya telah mengurangi tingkat massa alam semesta. Dengan massa yang lebih sedikit, maka daya yang dimiliki gravitasi untuk menjaga ritme alam semesta juga akan berkurang, yang mana hal tersebut akan berdampak terhadap kecepatan ekspansi atau berkembang dari alam semesta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmad Fauzan
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper