JAKARTA — Pendiri sekaligus CEO Tokopedia William Tanuwijaya meyakini tingkat penetrasi e-commerce terhadap total transaksi ritel di Indonesia mampu menembus 10% dalam beberapa tahun mendatang.
"China butuh 5 tahun untuk dapat meningkatkan pentrasi e-commercenya dari sebelumnya 1% menjadi 10% terhadap total transaksi ritel. Saya yakin Indonesia bisa leapfrog lebih cepat dari itu karena memang banyak variabel yang dimiliki Indonesia tapi tidak dimiliki China," ujarnya saat mengunjungi redaksi Bisnis Indonesia, Senin (4/6).
William menyatakan terdapat beberapa faktor yang dapat memacu peningkatan penetrasi e-commerce Indonesia. Beberapa di antaranya merupakan masifnya penggunaan smartphone dengan harga terjangkau dan keterjangkauan tarif layanan internet broadband.
"Berbeda dengan di China dulu Alibaba melahirkan Taobao pada 2003 belum ada yang namanya smartphone. Sementara sekarang penggunaan smartphone di Indonesia sudah begitu masif dan harga paket data yang diberikan operator telelkomunikasi di sini termasuk yang terendah di Asean," ujarnya.
Riset Morgan Stanley bertajuk Disruption Decoded Indonesia: Digital Disruption memprediksi tingkat penetrasi e-commerce terhadap total transaksi ritel di Indonesia mencapai 19% pada 2027 mendatang.
Angka itu melejit begitu pesat dibanding penetrasi e-commerce sepanjang 2017 sebesar 3%.
Riset tersebut menyinggung lambatnya perkembangan ritel modern di dalam negeri yang mampu memperkuat laju pertumbuhan e-commerce. Dalam riset itu, terdapat asumsi yang memperkirakan penguatan penetrasi e-commerce turut meningkatkan volume penggunaan uang elektronik dan konsumsi data internet broadband.