JAKARTA — Kibar dan Google Developers Launchpad membangun akselerator perusahaan rintisan bernama Digitaraya.
Digitaraya menjaring sebanyak delapan startup yang menggeluti enam bidang, yaitu agrikultur, pendidikan, kesehatan, pariwisata, logistik, dan energi.
Perusahaan rintisan yang terpilih berkesempatam memperoleh pendampingan dari berbagai mentor global afilisasi dan kurikulum Google selama Agustus--Oktober 2018 mendatang.
Melalui program yang berjalan selama tiga bulan itu, perusahaan rintisan dapat mengembangan produk yang berdampak signifikan mengatasi permasalahan yang tersedia di Indonesia.
Chief Executive Kibar Yansen Kamto menyatakan kerjasama pembentukan akselerator dengan Google dapat meningkatkan kualitas ekosistem digital di Indonesia.
Digitaraya didesain sebagai akselerator yang berfokus pada perusahaan rintisan yang dapat menyediakan solusi pada berbagai permasalahan di dalam negeri.
“Sekarang kita merasa ada enam sektor prioritas yang memiliki masalah untuk dipecahkan segera, yaitu agrikultur, pendidikan, kesehatan, pariwisata, logistik, dan energi. Area itu yang ingin kami fokuskan untuk menyelesaikan seluruh persoalan yang ada,” ujarnya di Jakarta, Senin (14/5).
Head of Startup Relations Digitaraya Alyssa Maharani menyatakan perusahaan rintisan yang ada di dalam ekosistem digital dalam negeri kebanyakan mengembangkan produk yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar.
Terlebih, tak sedikit perusahaan rintisan terkendala tatkala memasuki tahapan mengeksekusi ide dan membangun minimum viable prototype.
Baca Juga Tokopedia Belum Ingin Susul Go-Jek |
---|
“Dalam arti produknya belum matang, belum ada akselerator yang memfasilitasi mereka untuk melalui tahapan product market fit. Dengan begitu Kibar dan Google membentuk Digitaraya, programnya didesain agar dapat menciptakan next-generation startup Indonesia yang berdampak besar dan bisa menjadi pemain global,” ujarnya.
Alyssa menyatakan perusahaan rintisan yang sudah berhasil menguji asumsi kesesuaian produk terhadap kebutuhan pasar lebih mudah mempercepat laju pertumbuhannya. Hal itu sudah terbukti dengan apa yang sudah dilalui perusahaan rintisan berstatus unicorn di Indonesia.
“Mereka yang sudah membuktikan asumsi kesesuaian produknya terhadap kebutuhan market lebih mudah dalam melakukan scaling up,” ujarnya.
Vice President of Strategy Digitaraya Nicole Yap menyatakan Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan ekosistem ekonomi digital. Sebagai negara dengan populasi terbesar di Asean, Indonesia merupakan rumah bagi empat unicorn di dalam kawasan yaitu Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak.
Menurutnya berbagai program akselerator yang tersedia di dalam negeri masih terbatas dalam proses inkubasi startup tahap awal.
“Dan Digitaraya merupakan next step akselerator yang membantu startup melampaui tahap product market fit, agar kemudian mampu scaling up ke pasar global,” ujarnya.
Head of Developer Ecosystem for Southeast Asia Google, Sami Kizilbash menyatakan kolaborasi dengan Kibar merupakan bagian dari serangkaian program Google Developers Launchpad global. Google turut bekerja sama dengan berbagai mitra lokal untuk program serupa di kawasan Amerika Latin, Afrika, dan Eropa.
“Ekosistem startup global belakangan tumbuh sangat pesat, tapi Google melihat masih ada tantangan bagi para pendiri untuk menemukan mentor yang tepat. Dalam arti memiliki metodologi yang teruji dan best practice di tempat lain,” ujarnya.
Dengan bekerja sama dengan Kibar, Google menargetkan dapat membangun jaringan akselerator global yang dapat membantu startup mengakselerasi laju pertumbuhan basis pengguna dan mengembangkan model bisnis yang tepat.
Riset yang dilakukan Google dengan AT Kearney sepanjang anuari—Agustus tahun lalu menunjukkan arus modal yang mengalir ke dalam ekosistem digital di dalam negeri mencapai US$3 miliar. Hanya saja, sebagian besar aliran investasi itu masih tertuju kepada berbagai perusahaan yang menyandang bervaluasi miliaran dolar AS, atau yang lebih umum disebut unicorn.