Kolaborasi E-Commerce dan Tekfin Diprediksi Makin Marak

N. Nuriman Jayabuana
Minggu, 6 Mei 2018 | 18:42 WIB
Karyawan melakukan aktivitas di salah satu perusahaan financial technology (Fintech), di Jakarta, Selasa (3/4/2018)./JIBI-Endang Muchtar
Karyawan melakukan aktivitas di salah satu perusahaan financial technology (Fintech), di Jakarta, Selasa (3/4/2018)./JIBI-Endang Muchtar
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan teknologi finansial pinjam meminjam dan pembayaran diprediksi bakal semakin banyak melakukan kolaborasi langsung dengan perusahaan penyedia lapak belanja daring.

Ketua Bidang Bisnis dan Ekonomi Asosiasi E-Commerce Indonesia (IdEA) Ignatius Untung berpendapat teknologi finansial (tekfin) yang dapat tumbuh besar merupakan perusahaan rintisan yang bermitra dengan layanan e-commerce.

Keberadaan perusahaan teknologi finansial dapat semakin mempermudah berbagai proses transaksi keuangan di dalam ekosistem lapak belanja daring.

“Pada vertikal ini, memang standalone player tetap punya peluang menjadi besar, tapi fintech yang terbesar merupakan feature dari e-commerce player karena kuncinya adalah besarnya ekosistem. Bisnis fintech yang sustainable adalah yang punya basis pengguna dalam jumlah besar,” ujarnya di Jakarta, Minggu (6/5/2018 ).

Wakil Ketua Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia Donald Wihardja memperkirakan perusahaan rintisan bervaluasi miliar dolar di dalam negeri berasal dari vertikal tekfin.

Empat Unicorn

Meski empat unicorn yang sudah ada berasal dari vertikal e-commerce dan ride hailing, laju pertumbuhan transaksi tekfin mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dalam setahun terakhir.

“Potensi yang paling besar memang dari fintech, baik itu lending maupun payment. Beberapa fintech teratas itu valuasinya sudah mencapai US$200 juta, artinya memang mereka potential unicorn jika berhasil segera fundraise lagi,” ujarnya.

Hanya saja, Donald berpendapat nantinya hanya tersisa dua tiga tekfin yang menguasai pasar domestik. Menurutnya, sudah menjadi karakteristik perusahaan teknologi besar di berbagai belahan dunia memonopoli vertikal bisnnya .

“Satu karakteristik tech startup itu memang the winner takes all, tapi saya mungkin nanti hanya ada dua tiga unicorn fintech payment dan lending yang kuasai 70% market share,” ujarnya.

Sepanjang tahun lalu industri tekfin P2P lending di dalam negeri menyalurkan pinjaman senilai Rp2,56 triliun. Penyaluran kredit itu naik 8 kali lipat dibanding 2016 senilai Rp284 miliar. Pada kuartal pertama tahun ini, pinjaman yang disalurkan mencapai Rp4,7 triliun.

Sementara, Bank Sentral mencatat sudah ada sebanyak 26 perusahaan tekfin pembayaran yang terdaftar sebagai penyelenggara tekfin pembayaran.

 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Editor : Nancy Junita
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper