Bisnis.com, JAKARTA — Aplikasi teknologi 5G berpotensi menekan biaya operasi industri seluler hingga 10 kali lebih rendah.
Presiden Direktur PT Ericsson Indonesia Jerry Soper mengatakan pihaknya siap menerapkan 5G. Terlebih, standardisasi teknologinya telah ditetapkan untuk 5G new radio (NR) sejak akhir tahun 2017. Pihaknya, pun telah meluncurkan peranti lunak komersial 5G radio access network (RAN) mengacu pada standar 3GPP 5G NR.
Melalui peranti lunak ini, dia menyebut operator bisa menangkap peluang dari pemanfaatan teknologi 5G. Dengan dukungan penggunaan frekuensi baru pada 5G, melalui perluasan penawaran sistem inti 5G yang didukung 5G NR dan peningkatan kinerja solusi komputasi awan yang terdistribusi.
Sebagai imbasnya, efisiensi biaya per GB hingga 90% dibandingkan dengan teknologi yang ada saat ini. Berdasarkan Laporan Potensi Bisnis 5G, Jerry menyebut operator bisa mendapatkan tambahan pendalatan sebesar US$6 miliar pada 2026 dari digitalisasi industri dengan 5G. Ceruk pasar, tutur Jerry, bakal ditopang dari sektor manufaktur, energi dan utilitas.
“Kami mengestimasikan terdapat peluang tambahan pendapatan untuk operator di Indonesia sebesar US$6 miliar dari digitalisasi sektor-sektor seperti manufaktur, energi, utilitas, kesehatan dan transportasi,” katanya.
Berdasarkan laporan itu, 66% pengguna ponsel di Indonesia menyatakan akan menggunakan 5G dalam kurun waktu 2 tahun setelah teknologi diluncurkan. Bahkan, 54% milenial berusia 15 tahun hingga 34 tahun mau membayar lebih untuk menikmati 5G.
“Milenial di negara ini mempunyai ekspektasi untuk menggunakan 5G, 54% mau membayar lebih untuk menggunakan 5G,” kata Jerry.
VP Network Solution Division Ericsson Indonesia Ronni Nurmal mengatakan dari sisi teknologi, 5G sudah terstandar dengan dikeluarkannya standardisasi pada Desember 2017.
Untuk implementasi awal, dia menyebut, Ericsson menyiapkan peranti lunak pada tahun ini. Sementara itu, untuk Indonesia, Roni menuturkan dari sisi trafik data 4G, terus naik bahkan lebih dari dua kali lipat setiap tahunnya menjadi optimisme yang mampu mendorong penerapan 5G. Adapun, adopsi 4G sendiri menjadi titik dasar implementasi 5G.
Dari potensi tersebut, operator bisa mengeset justifikasi bisnis melalui kebutuhan data di area tertentu yang dihubungkan dengan ketersediaan infrastruktur. Kendati tak bisa diukur dari persentase, penerapan 5G bisa didahulukan berdasarkan kebutuhan di suatu wilayah yang palilng menguntungkan. Roni optimistis bahwa pengembangan menuju 5G terus berjalan sesuai ekspektasi karena didukung komitmen pemerintah untuk mengalokasikan spektrum.
"Kami enggak bisa lihat berapa persen kira-kira. Yang pasti, menurut saya sih, kami optimistis, teknologinya sudah distandardisasi, Kemenkominfo sudah menyatakan bahwa commit akan mengalokasikan spektrum tertentu untuk 5G. Dari sisi operator, kami bekerja sama dengan semua operator untuk menyiapkan semua foundation-nya," katanya.