Bisnis.com, JAKARTA — Dalam menyongsong ekonomi digital, Masyarakat Telematika Indonesia mendorong para operator seluler untuk terus mengembangkan infrastruktur.
Ketua Umum Masyarakat Telematika (Mastel) periode 2015-2018 Kristiono menyebut ekonomi digital akan percuma jika urusan infrastruktur tidak tuntas.
“Semua kan di tataran aplikasi. Pada infrastruktur dasar, aplikasi itu on top,” imbuhnya di sela-sela di sela-sela Musyawarah Nasional Mastel 2018 di Jakarta, Kamis (12/4/2018).
Kristiaono menuturkan ada beberapa hal yang harus diperhatikan mengenai infrastruktur. Pertama, penetrasinya harus ditingkatkan sehingga dapat diakses oleh seluruh masyarakat Indonesia. Kedua, harus terjangkau sehingga dapat dimiliki oleh siapa saja.
Dia menambahkan, selama 3 tahun terakhir Mastel masih fokus pada membangun infrastruktur karena infrastruktur merupakan prioritas dan strategis. Adapun keterlibatan pemerintah pada sektor ini tidak terlalu banyak karena pemerintah cederung lebih terlibat pada daerah-daerah nonkomersial.
Untuk mendukung investasi pihak swasta, Kristiono meminta pemerintah untuk memberi insentif misalnya pengurangan PNBP dan penurunan harga spektrum terutama spektrum ke daerah yang tidak full komersial. Selain itu dia meminta perhitungan nilai pembayaran Universal Service Obligation (USO) diserahkan kepada masing-masing industri penyelenggara telekomunikasi.
Baca Juga Refarming Telkomsel Rampung Lebih Awal |
---|
Sebenarnya ini setoran untuk dipakai di daerah-daerah [yang tidak full komersial] tadi,” ucap Kristiono.
Adapun, melihat ceruk pasar yang makin terbatas Mastel mendorong para perusahaan telekomunikasi untuk lebih fokus pada bagaimana menggenjot tingkat pemakaian pelanggan dibandingkan menambah jumlah pelanggan.
Kristiono menyebut meski pasar Indonesia cederung masih relatif tinggi, tetapi dari segi jumlah pelanggan sudah semakin rendah. “Pelanggan naik terus itu oke, tapi jumlah pelanggan pasti ada limitnya kan,” katanya.
Melihat tren saat ini, Kristiono mengatakan sudah waktunya para operator berusaha menaikkan usage pada pelanggannya baik misalnya dengan memanfaatkan konten aplikasi. Pun, harus tetap memberikan penawaran yang sesuai dengan daya beli pelanggan mereka yang beragam.
“Sekarang tentang bagaimana intensifikasi para operator ini, bukan ekstensifikasi lagi,” katanya.
Lebih lanjut dia menyebut investasi merupakan kunci permainan bisnis operator telekomunikasi, baik untuk memperluas jangkauan maupun meningkatkan kualitas. Operator harus mampu mengikuti ritme perubahan saat ini, agar tingkat adopsi teknologi bisa berjalan seiringan dengan perkembangan teknologi itu sendiri.
“Kadang kan [perkembangan] teknologinya lebih cepat dari adopsinya,” ujar Kristiono.