Net1 Mulai Beroperasi Awal 2018

Sholahuddin Al Ayyubi
Senin, 13 November 2017 | 09:25 WIB
Teknisi melakukan perawatan jaringan di salah satu menara BTS, di Bandung, Jawa Barat./JIBI-Rachman
Teknisi melakukan perawatan jaringan di salah satu menara BTS, di Bandung, Jawa Barat./JIBI-Rachman
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Layanan 4G Net1 mulai tersedia pada awal 2018. Operator bernama perusahaan PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia tersebut mengincar pasar di perdesaaan dan daerah terpencil.

CEO Net1 Larry Ridwan mengatakan Net1 akan fokus menyediakan jaringan 4G kepada daerah rural yang masih kesulitan mengakses layanan telekomunikasi.

Strategi tersebut didukung oleh spektrum di frekuensi 450 MHz yang dikuasai Net1. Frekuensi 450 MHz memiliki jangkauan 50—60 km per base transceiver station (BTS) sehingga cocok digunakan pada wilayah yang penduduknya jarang.

“Semoga kuartal I tahun depan sudah bisa kami launching layanan baru kami ini, tunggu saja. Fokus kami adalah daerah perdesaan dan rural, karena frekuensi yang kami punya ini, lebih tepat digunakan di daerah perdesaan,” tuturnya, pekan lalu (9/11/2017).

PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia atau Net1 adalah anak usaha dari PT Sampoerna Strategic, bagian dari Sampoerna Strategic Group milik keluarga Sampoerna.

Menurut Larry, saat ini Net1 masih melakukan migrasi layanan dari CDMA ke 4G LTE yang diprediksi akan selesai dalam waktu dekat ini.

Net1 memegang hak penggunaan pita frekuensi 450 MHz di lebar pita 15 MHz dengan rincian 7,5 MHz di rentang frekuensi 450 MHz—457,5 MHz dan 7,5 MHz di 460 MHz—467,5 MHz.

“Sampai saat ini, kalau tidak salah masih ada sebanyak 70.000 subscriber kami di layanan CDMA Ceria. Tapi saya prediksi sampai akhir tahun ini, sudah tidak ada lagi Ceria yang layanan CDMA itu, semuanya akan beralih ke layanan data Net1,” katanya.

Larry juga mengincar bisnis konektivitas jaringan ATM dan mesin EDC di desa dan wilayah rural. Menurutnya, sampai saat ini, wilayah perdesaan dan rural masih dilayani oleh akses Internet menggunakan satelit.

Larry juga mengatakan pihaknya tertarik mendapatkan digital dividend di frekuensi 700 MHz untuk memperkuat layanan. “Minat sih selalu ada, kami tertarik dengan frekuensi emas itu. Tapi lihat saja nanti.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper