Saran Marketing Sukses di Ramadan dari Google

Agne Yasa
Kamis, 4 Mei 2017 | 20:35 WIB
Logo Google./Bloomberg-Ore Huiying
Logo Google./Bloomberg-Ore Huiying
Bagikan

JAKARTA - Google merilis data terbaru terkait penggunaan Internet oleh konsumen Indonesia selama Ramadan. Data menunjukkan bahwa waktu tonton di YouTube pada Ramadan 2016 lalu tercatat meningkat lima kali lipat, dan volume pencarian di Google meningkat dua kali lipat dibanding bulan lainnya.

 Analis Industri di Google Indonesia Ariani Dwijayanti mengatakan para pengiklan perlu memahami bahwa terdapat perbedaan dalam perilaku konsumen selama bulan Ramadan. Di sepanjang momen bulan puasa, terdapat 6 minggu yang masing-masing menampilkan ciri yang berbeda-beda, dan karena itu sebuah brand harus dapat membangun pesan yang relevan untuk tiap periode tersebut.

 “Goggle membuat highlight untuk pengiklan, yaitu get mobilised, annual peak, dan be relevant,” ujar Ariani di Jakarta, Kamis (4/5).

 Ariani memaparkan sangat penting pengiklan hadir secara digital di mana konsumen mengahabiskan waktunya secara online lewat mobile. Selain itu, Ramadan menjadi kesempatan emas, pelaku bisnis harus memastikan strategi dan promo khusus karena permintaan tinggi.

Kemudian, perilaku konsumen berubah ketika Ramadan, advertiser dan marketer harus relevan untuk mendapat kesempatan lebih tinggi menggaet perhatian konsumen karena masyarakat indonesia dibombardir dengan promosi dan sedang memiliki daya belitinggi.

Adapun dari hasil riset Google, Al Quran menjadi kata yang paling banyak dicari selama bulan puasa, meningkat 800% di tahun 2016. 

Hal ini berbeda dari 2015 di mana ‘tiket kereta api’ adalah kata yang paling banyak dicari selama bulan puasa, pada 2016 “Al Quran” adalah yang paling banyak dicari pengguna, dengan volume pencarian yang meningkat hingga sembilan kali lipat.

Bagi sebagian besar orang Indonesia, Ramadan adalah momen untuk meluangkan lebih banyak waktu bersama teman dan keluarga. Penggunaan ponsel pun tercatat kian tinggi, baik itu untuk mencari resep masakan maupun untuk membeli berbagai barang menjelang Lebaran.

Google melakukan riset tentang aktivitas para pengguna YouTube dan Google selama Ramadan tahun lalu guna mencari tahu hal-hal yang dicari oleh konsumen di Internet sepanjang bulan suci ini, dan apa implikasinya bagi para pelaku marketing di tahun 2017.

Berdasarkan perilaku konsumen yang diamati pada 2016, orang Indonesia selama bulan Ramadan 2017 diprediksi akan menggunakan ponsel untuk mencari informasi mengenai beberapa tema.

Pertama, cara untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Penelusuran untuk “Ramadan dan Puasa” meningkat 3%; Agama dan Ibadah meningkat 75%; dan Berbuat Baik meningkat 13% dari tahun ke tahun.

Kedua, cara untuk menjadi cantik luar dalam, penelusuran seputar cara mempercantik penampilan dan memperoleh ketenangan hati meningkat 31% dari tahun ke tahun. Penelusuran tentang kesehatan dan kebugaran meningkat 21% dari tahun ke tahun.

Ketiga, ragam resep dan kuliner. Penelusuran momen-momen khusus Ramadan, seperti ‘Sahur on the road’ dan “Pasar Ramadan”, meningkat 16 kali lipat. 

Keempat, diskon menarik. Pencarian promo di bulan puasa mencatat angka tertinggi dibanding bulan-bulan lainnya. Oleh karena itu, para pengiklan harus mencari cara untuk memastikan penawaran mereka dapat menonjol.

Terakhir, tiket kereta, bus dan pesawat, terutama untuk yang akan mudik dan liburan. Pencarian tiket kereta api dicari paling awal tiga bulan sebelum Idul Fitri lalu sekitar satu bulan kemudian pencarian tiket bis dan pesawat meningkat pesat.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,02% dan berada di posisi ketiga di dunia setelah India dan China. Adapun konsumsi rumah tangga (household consumption) menyumbang 54% dari GDP.

Adapun data Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mencatat konsumsi rumah tangga meningkat 30% ketika Ramadan 2016.

“Ramadan momen yang penting untuk oertumbuhan ekonomi Indonesia dan momen yang dirayakan oleh jutaan masyarakat Indonesia, banyak tradisi kebiasaan yang spesial di bulan Ramadan,” ujarnya.

CEO of Alfacart  Catherine Hindra Sutjahyo mengungkapkan tidak jauh berbeda dari hasil riset Google, Alfacart juga menerapkan strategi khusus untuk meningkatkan transaksi ketika Ramadan tiba, seperti pengantaran saat Sahur dan menggaet Warung sebagai jejaring Alfacart di luar sekitar 12.000 toko ritel modern Alfamart yang berjumlah 12.000 pada 2016 lalu. Selain itu, juga dengan promosi-promosi terkait produk yang banyak dicari ketika Ramadan.

“Angkanya mirip dengan riset Google, di Alfacart misalnya barang yang banyak dicari itu terkait makanan dan minuman yang praktis, mie instan, biskuit, minyak, terigu. Kemudian, setelah THR, mulai banyak yang mecari produk fashion dan kendaraan,” ujar Catherine.

Dia mengatakan tantangan terbesar Alfacart sebagai e-commerce dengan konsep offline to online (O2O) ini adalah logistik di mana ketika Ramadan, ekspektasi dari segi pengantaran ingin lebih cepat.

“Dengan memberdayakan warung ini, harapannya target konsumer Ramadan menjadi lebih besar. Target akhir tahun ada 20.000--25000 di area Jabodetabek,” katanya.

Dia menambahkan Indonesia berada dalam posisi penetrasi online e-commerce yang baik dan bertumbuh namun tidak dalam angka fantastis. Menurutnya, dengan startegi jemput bola, diharapkan dapat mengakselerasi pertumbuhan e-commerce.

“Alfacart mau bermain sedikit berbeda karena produk grocery jadi lewat warung network. Untuk daily sales, Alfacart bertumbuh cepat tapi masih banyak pekerjaan dibanding kompetitor, ada di angka 15.000 hingga 20.000 transaksi per hari,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Agne Yasa
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper