Bisnis.com, JAKARTA--Pelaku industri telekomunikasi diminta untuk segera mengimplementasikan sim card dan chip lokal yang dinilai memiliki kualitas setara dengan produk impor agar data pengguna lebih aman sekaligus memajukan industri dalam negeri.
Sylvia W Sumarlin, CEO Xirka Silicon Technology menilai seluruh pelaku industri telekomunikasi dewasa ini lebih memilih untuk menggunakan sim card dan chip yang berasal dari luar negeri dibandingkan dengan produk lokal. Padahal menurutnya, jika operator menggunakan produk dalam negeri, maka keamanan data pengguna dapat ditangani langsung di dalam negeri.
"Penentu pasar sim card dan chip lokal ini kan ditentukan oleh pihak telco. Saat ini telco sendiri lebih nyaman dan percaya menggunakan produk dari luar negeri daripada produk lokal. Dominasi perusahaan asing di telco memang menentukan pembelian tipe chip," tuturnya kepada Bisnis di Jakarta, Selasa (3/1).
Kendati demikian menurut Ketua Umum Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII) tersebut, chip lokal masih memiliki peluang yang cukup besar untuk diterapkan pada Jakarta One Card sebagai wujud implementasi smart city yang diusung oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
"Memang harapan kita, semoga produk lokal ini dilirik oleh mereka (pemprov) untuk berpartisipasi dalam mewujudkan smart city," katanya.
Dia memprediksi penggunaan chip lokal tersebut akan lebih banyak digunakan pada kartu identitas yang memiliki sistem kontak seperti kartu mahasiswa dan karyawan. Selain itu, kartu tersebut juga tidak hanya digunakan untuk menyimpan data seseorang, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan transaksi elektronik.
"Termasuk untuk alat pembayaran atau kebutuhan pertukaran data seperti misalnya mahasiswa untuk pinjam buku dari perpustakaan," ujarnya.
Sylvia menjelaskan, Xirka Silicon Technology kini juga telah menggandeng sejumlah universitas seperti di antaranya Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia dan Universitas Gajah Mada (UGM) untuk memenuhi kebutuhan standar transaksi elektronik mahasiswa.
"Proyeksi kartu untuk mahasiswa tahun I adalah 50.000 orang. Agustus 2016 lalu, kami sudah bekerja sama dengan 5 universitas untuk membuat kartu elektronik mahasiswa ini," tuturnya.
Secara terpisah, pengamat smart card dari Institut Teknologi Bandung, Richard Mengko mengatakan tren penggunaan smart card atau chip ke depan dinilai akan semakin besar sejalan dengan implementasi teknologi yang terus berubah sampai saat ini.
Dia memprediksi peluang chip lokal ke depan juga akan semakin besar.
"Pasar penggunaan chip atau smart card ini akan semakin besar dan berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi. Produsen perlu melihat peluang ini secara holistik," katanya.
Sementara itu, CEO Telkomsel Ririek Adriansyah mengemukakan selama ini Telkomsel sudah menggunakan sim card dan chip lokal, meskipun masih ada produk impor.
Namun menurutnya, komposisi antara sim card lokal dan impor yang digunakan oleh Telkomsel, lebih besar lokal.
"Kami di Telkomsel sebagian besar sudah menggunakan produk lokal. Komposisinya masih lebih besar produk lokalnya daripada impor," tukasnya.