Bisnis.com, JAKARTA—Indonesia menjadi negara dengan tingkat kesenjangan pengetahuan dan pemahaman keamanan cyber paling buruk di Asia Pasifik, menurut survey terbaru yang dilakukan oleh Enjoy Safer Technology.
Technical Consultant Enjoy Safer Technology (ESET) Indonesia mengatakan Indonesia juga mendapatkan rangking buruk dalam hal pengetahuan cyber dan langkah meningkatkan keamanan online dengan menduduki posisi kedua dari bawah, satu tingkat lebih baik dibanding India. Penelitian ini dilakukan di Jepang pada Januari 2016 dan dikomparasikan dengan hasil penelitian serupa pada beberapa negara Asia lainnya seperti Malaysia, Singapura, India, Thailand, Hongkong, Indonesia, dan Vietnam.
“Fokus survei terutama pada pengetahuan dan pemahaman pengguna untuk berselancar dengan aman di internet,” katanya dalam keterangan resmi, Minggu (3/7).
Secara keseluruhan tingkat perbedaan antar negara saling berdekatan, dipimpin Malaysia ditempat pertama dengan 29,9%, di atas Singapura 27,2%, India 27,3%, Thailand 26,7%, Hong Kong 25.6%, and Indonesia 25,1%.
Namun uniknya pengguna internet di India dan Indonesia berada di posisi teratas dalam tindakan mengambil langkah pencegahan dengan mengamankan perangkat mereka saat melakukan aktivitas online. Tindakan pencegahan yang dilakukan adalah dengan mengubah password secara teratur, backup data, dan menginstal versi terbaru software keamanan.
Responden yang melakukan back up data secara teratur mencapai 37%, mengubah password secara berkala sebanyak 33%, sementara mengunduh media (video, musik, aplikasi) dari situs-situs resmi sebesar 49%, tanpa mereka mengetahui jika tindakan yang dilakukan membantu mereka untuk tetapaman dalam berselancar di dunia maya.
Satu hal yang perlu menjadi catatan, negara seperti malaysia, Singapura dan Thailand yang mendapat poin tinggi secara keseluruhan dalam pengetahuan dan pemahaman keamanan cyber ternyata dalam praktek pengamanan untuk melindungi diri mereka sendiri malah menempati posisi bawah.
Kesenjangan antara pengetahuan dan praktek di lapangan belakangan menjadi tren yang mengkhawatirkan. Hacker pada umumnya mencari jalan dengan resiko seminimal mungkin, dengan pengguna yang lemah dalam langkah pengamanan pribadi, membuat mereka rentan terhadap serangan. Apabila kita bandingkan dengan survei yang diadakan di Jepang, secara keseluruhan pengguna di Jepang tidak terlibat dalam perilaku maya berisiko. Sebagian besar responden (86%) tahu untuk segera memutuskan perangkat dari Internet jika mengetahui ada upaya pelanggaran data dan 71 persen tidak membuka atau mengunduh lampiran dari pengirim yang tidak dikenal