Bisnis.com, JAKARTA – Serangan cyber kebanyakan ditujukan untuk maksud mendapatkan keuntungan bisnis, bukan semata-mata merusak.
Pengamat Siber dari Universitas Pertahanan Yono Reksoprodjo mengatakan dalam dunia modern senjata tidak hanya berupa benda fisik seperti yang dikenal sebelumnya.
“Weapon itu tidak hanya berarti senjata konvensional. Informasi juga bisa menjadi weapon. Serangan cyber juga termasuk,” ujarnya dalam Seminar Cyber Security Updates dan dedah buku The Snowden Files yang digelar Bisnis Indonesia bersama Multipolar dan IBM, di Jakarta, Rabu (11/5/2016).
Akan tetapi dia mengingatkan bahwa dalam serangan cyber sebagian besar memiliki motif bisnis, tidak terkait dengan pertahanan negara.
Sementara itu, Dhany Sulistyo, Country Service Leader IBM Indonesia, mengatakan nilai bisnis di industri yang terkait dengan kejahatan di dunia maya terus meningkat.
“Cyber crime as a service itu sudah mengalahkan perdagangan narkotika secara global<’ ujarnya pada kesempatan yang sama.
Traget-target serangan, katanya, bukan hanya badan-badan pemerintah atau perusahaan finansial, namun terus meluas. Dia memberikan contoh serangan yang dilakukan terhadap perusahaan ritel, perusahaan farmasi, maupun perusahaan di bidang kreatif.