Perusahaan Retail Jadi Target Operasi Penjahat Siber, Waspadalah!

Sholahuddin Al Ayyubi
Selasa, 12 Januari 2016 | 18:58 WIB
Cyber crime/ilustrasi
Cyber crime/ilustrasi
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA—Sejumlah perusahaan retail global menjadi bulan-bulanan penjahat siber yang melakukan pencurian data kartu kredit pelanggannya untuk kepentingan tertentu dan diprediksi sepanjang 2016 serangan penjahat siber itu juga akan menyerang beberapa perusahaan retail di Indonesia.

Mei San, Managing Director PT Jaringan Intech Indonesia mengemukakan tren serangan penjahat siber terhadap sejumlah perusahaan retail global tersebut diakuinya telah terjadi sepanjang 2015 seperti beberapa perusahaan retail Hypermarket di Amerika Serikat.

Menurutnya, tidak menutup kemungkinan pada tahun ini tren serangan penjahat siber tersebut juga akan menyerang sejumlah perusahaan retail di Indonesia.

“Kami juga cukup terkejut dan tidak terpikirkan kalau perusahaan retail ini ternyata menjadi target operasi para penjahat siber. Banyaknya konsumen yang menggunakan kartu kredit saat berbelanja membuka celah bagi penjahat siber untuk memanfaatkannya,” tutur San menjawab pertanyaan Bisnis, Selasa (12/1/2016).

San menjelaskan serangan yang biasanya dilakukan oleh penjahat siber terhadap perusahaan retail yaitu dengan cara menyusup melalui mesin kartu kredit yang telah disusupi malware untuk mendeteksi berbagai informasi dari calon korbannya.

Setelah itu, menurut salah satu petinggi di Jaringan Intech Indonesia tersebut, penjahat siber akan mulai melakukan peretasan.

“Kebiasaan konsumen jika berbelanja di retail ini kan menggunakan kartu kredit, sehingga para calon korbannya tidak akan sadar jika kartu kreditnya telah diambil alih oleh penjahat siber,” katanya.

Berdasarkan data yang disebutkan Akamai dalam State of The The Internet Report, Indonesia merupakan negara ke dua yang paling sering mendapatkan serangan siber.

Posisi pertama ditempati China, disusul Amerika Serikat, Turki dan Rusia. Pada kuartal I/2013, Indonesia menjadi sumber serangan siber sekitar 21%. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya ada pada angka 0,7%.

Riset dari Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (SIRTII) juga menyebutkan sepanjang 2014, Indonesia telah mendapatkan serangan siber dari negara lain sebanyak 48,4 juta kali.

Berdasarkan penelusuran Bisnis Indonesia, beberapa website resmi pemerintah juga sempat mendapatkan serangan siber seperti website resmi Bareskrim Polri dan website resmi Setkab tahun lalu.

Menurut San, sampai saat ini masih banyak serangan siber yang terjadi di Indonesia. Namun lebih dari setengah serangan tersebut tidak terdeteksi oleh berbagai vendor pengamanan IT karena rata-rata korbannya tidak ingin mempublikasikan pihaknya telah mendapatkan serangan siber.

“Di Indonesia mungkin juga banyak terjadi tapi tidak semuanya dipublikasikan karena Indonesia juga menjadi target dari banyak pihak,” ujarnya.

Berkaitan dengan itu, PT Jaringan Intech Indonesia juga telah menggandeng Arim Technologies memperkenalkan layanan terbarunya yaitu Managed Security Service Provider (MSSP).

Ini merupakan layanan untuk mengelola perangkat keamanan dan sistem seperti mendeteksi intrusi, virtual private network, enkripsi, spam blocking, pemindaian kerentanan, uji coba keamanan siber dan forensik data serta layanan antivirus.

 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper