Bisnis.com, SURABAYA - Peneliti teknologi kelautan dari puluhan negara mengikuti "International Conference on Marine Technology" (Martec) atau konferensi kemaritiman internasional di Rektorat ITS Surabaya pada 24-26 Oktober 2014.
"ITS menjadi tuan rumah terakhir penyelenggara Martec pada 2002, tapi ITS kini kembali dipercaya menjadi tuan rumah untuk kali keempat," kata Wakil dekan Fakultas Teknologi Kelautan FTK ITS Dr Ing Setyo Nugroho di Surabaya, Minggu (26/10/2014).
Ia menjelaskan konferensi yang mengusung tema The Strategic Role of Blue Technology in the Global Economic Shift itu dirintis ITS sejak 1998 dan diselenggarakan setiap 2 tahun sekali.
"Gelaran itu didasarkan pada konsep negara ASEAN yang akan membentuk jaringan regional dan kerja sama antara akademisi dan industri melalui saling tukar pikiran, pengalaman dan penelitian antarpeneliti regional dan internasional dalam lingkup teknologi kelautan," katanya.
Selain itu Martec yang mendorong kerja sama lebih baik antara lembaga akademik, industri, dan pemerintah itu juga bertujuan memperkuat jaringan regional dan internasional antarnegara, khususnya di bidang kemaritiman.
Sekretaris Martec 2014 itu menjelaskan pembahasan dalam Martec sendiri melingkupi semua aspek kemaritiman yang mencakup teknologi kelautan, ilmu kelautan dan manajemen kelautan yang dilakukan dosen, peneliti dan mahasiswa.
"Mereka semua diundang untuk saling berdiskusi dalam hal pengembangan teknologi pengembangan kelautan dan penerapannya," ujar dosen jurusan Teknik Perkapalan ITS itu.
Ia berharap para peneliti dan akademisi bisa menyampaikan hasil riset yang didapat kepada industri kemaritiman, sehingga hasil dari konferensi ini diharapkan bisa membantu memecahkan permasalahan yang ada dalam bidang kemaritiman.
Indonesia di Australia Duta Besar Indonesia untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema Jumat (24/10) menyampaikan harapannya agar presiden Indonesia yang baru dilantik, Joko Widodo, memperkuat komitmen kerja sama yang lebih baik dengan Australia.
"Kesediaan Jokowi menerima Perdana Menteri Australia Tony Abbott pada 20 Oktober lalu merupakan gerak politik yang bagus," ujarnya dalam gelaran Indonesia di Flinders: End-of-Semester Concert 2014 di Flinders University Pendopo, Adelaide, Australia Selatan.
Nadjib sangat optimistis pasang surut hubungan Indonesia-Australia selama ini tidak akan menjadi kendala bagi Jokowi untuk melakukan determinasi dengan menempuh langkah-langkah yang lebih maju dalam meningkatkan hubungan dua negara bertetangga ini di masa depan, baik dalam bidang politik, kebudayaan, dan ekonomi.
Dalam kesempatan itu, Nadjib juga mengapresiasi upaya-upaya Flinders University yang selama ini terus membangun kerja sama dengan berbagai pihak di Indonesia, baik melalui kampus-kampus maupun lembaga-lembaga sosial dan kesehatan.
Sementara itu, mewakili pihak Flinders University, Prof Nancy Cromar (Pro Vice Chancellor International), menegaskan bahwa Indonesia adalah negara yang sangat signifikan bagi Australia dan terutama bagi Flinders University, Indonesia adalah partner utama.
"Tidak saja Indonesian Studies dan Bahasa Indonesia diajarkan di universitas ini, tetapi banyaknya alumni dari Indonesia yang sudah lebih dari 1.000 menunjukkan betapa kerja sama dengan Indonesia perlu sekali untuk terus dikembangkan. Untuk tahun ini saja (2014), mahasiswa dari Indonesia ada 216," katanya.
Senada dengan itu, ketua panitia acara Rosslyn von der Borch (Rosy) mengatakan pentingnya kegiatan ini untuk menunjukkan berbagai upaya yang sudah bertahun-tahun dilakukan banyak pihak dari empat fakultas yang ada di Flinders University, yakni kerja nyata sesuai bidangnya masing-masing dalam konteks kerja sama dengan Indonesia.
Acara Indonesia di Flinders menghadirkan Jathilan Aussie (Reog Ponorogo), Adelaide Saman Dancers (Tari Saman) dan The 2014 Student Gamelan Ensembles yang merupakan mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari berbagai latar belakang negara yang sedang menempuh studi di Universitas Flinders.