Bisnis.com, JAKARTA - Pendiri Kompas Gramedia Group Jakob Oetama membuka rahasia awal mula mengembangkan grup media massa yang kini menjadi salah satu yang terbesar di Indonesia itu.
“Kompas itu didirikan tidak dengan modal uang, tetapi dengan ide dan cita-cita,” kata Jakob di dalam buku bunga rampai Mengembangkan Indonesia Kecil yang berisikan perjalanan Kompas Gramedia sejak awal sampai sekarang ini.
Buku yang disunting oleh St Sularto itu diluncurkan pada perayaan 50 Tahun Kompas Gramedia di Hotel Ritz Carlton, SCBD, Jakarta, Senin (9/9/2013) malam.
Pada perayaan HUT Kompas Gramedia ke-50 itu, CEO Kompas Gramedia Agung Adiprasetyo mengatakan bahwa idealisme dan kerja keras adalah warisan luhur para pendiri Kompas.
“Grup Kompas selalu memperjuangkan kesejahteraan dalam pluralisme. Kompas Gramedia adalah Indonesia mini,” katanya saat memberikan sambutan mewakili Jakob Oetama, selaku tuan rumah acara ulang tahun yang mewah itu.
Meskipun menjadi grup media terbesar di Indonesia, dalam bahasa Agung, Kompas berkeinginan untuk tetap “mengibur yang papa dan mengingatkan yang mapan.”
Acara peringatan HUT Kompas Gramedia ke-50 itu berlangsung meriah dengan musik dan tari yang sangat kental dengan nuansa keanekaragaman budaya Indonesia.
Hadir pada acara tersebut Wakil Presiden Boediono, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, sejumlah anggota parlemen, duta besar negara-negara asing, dan Gubernur DKI Joko Widodo. Ketika Agung Adiprasetyo menyampaikan terima kasih atas kedatangan Jokowi, hadirin memberikan tepuk tangan meriah.
Pada sambutannya, Wapres Boediono menilai Kompas Gramedia adalah contoh usaha yang menjadi besar tanpa menghilangkan idealisme.
Wapres mengaku kagum dengan Kompas Gramedia yang saat ini memiliki omzet Rp15 triliun per tahun dengan 21.000 pegawai di seluruh Indonesia. “Semua itu dibangun dengan kesederhanaan.”
Pada kesempatan itu Wapres juga menyampaikan salam hangat dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang berhalangan hadir, kepada segenap keluarga besar Kompas Gramedia.