Chandra Lie: Yang sudah diucap jangan ditarik kembali

News Editor
Rabu, 23 November 2011 | 10:41 WIB
Bagikan

Sejak masih kanak-kanak, tak pernah tebersit sedikit pun angan-angan untuk memiliki pesawat terbang. Chandra Lie, Presiden Direktur PT Sriwijaya Air, malah pernah bercita-cita menjadi pengacara. Namun, dalam perjalanan hidupnya, kini dia menjadi pebisnis penerbangan dengan memiliki 33 unit pesawat dan dipercaya memimpin maspakai sejak awal berdirinya pada 2003.

 

Dia pun masih menyimpan ambisi untuk menjadikan maskapai penerbangan nasional terbesar ketiga dalam hal jumlah penumpang tersebut, sebagai entitas bisnis yang kuat dan besar bagai Kerajaan Sriwijaya, yang begitu terkenal pada masanya. Berikut petikan wawancaranya:

 

Bagaimana Anda membangun bisnis ini?

 

Ini adalah perusahaan keluarga, di dalamnya ada kakak saya, Hendry Lie, dan adik-adik saya Andi Halim serta Fandy Lingga. Jadi, berkat do rongan dan dukungan merekalah, saya bisa mencapai seperti saat ini.  Dan yang tidak boleh saya lupakan adalah para founding father perusaha an ini. Selain kami bersaudara, juga ada Pak Sunaryo, Pak Johannes, dan beberapa orang lain.

 

Bagaimana perjalanan bisnis perusahaan yang Anda pimpin?

 

Maskapai Sriwijaya Air, berdiri pada 10 November 2003. Selama 8 tahun umurnya, saya belum mera sakan adanya kondisi pasang surut dalam bisnis ini. Usaha ini terus ber jalan baik dan makin berkembang sejak awal berdiri. Itu karena kami terus berdoa agar perusahaan ini tidak pernah surut.

 

Sebagai gambaran, pada awal berdi ri, 2003, kami hanya memiliki satu unit pesawat yakni Boeing 737. Seka rang, kami memilki 31 unit, bahkan pada akhir bulan ini akan menjadi 33 unit. Dalam 1 tahun jumlah pesawat bertambah rata-rata lima unit hingga delapan unit dengan jumlah karya wan sekarang 4.500 orang.

 

Saya sangat ingin membesarkan Sriwijaya Air hingga ke mancanegara serta menjadi kuat dan terkenal seper ti Kerajaan Sriwijaya di Sumatra Sela tan sehingga bisa dianggap sebagai generasi kedua dari kerajaan tersebut.

 

Pernahkah menghadapi situasi tender proyek yang `ber nuansa' KKN [korupsi, kolusi dan nepotisme]?

 

Bisnis penerbangan ini harus dikelola secara fokus. Karena itu, saya tidak mau ambil proyek proyek yang bernuansa KKN. Ada banyak teman-teman di daerah yang menawarkan, pemerintah daerah maupun pemerintah pusat juga ada. Akan tetapi, saya tidak ambil.

 

Pernahkah Anda mengalami situasi yang sulit?

 

Saya hampir tidak punya kesulitan dalam memimpin Sriwijaya Air ini. Seluruh direksi bekerja sama dengan baik dan saling bergandengan tangan. Kalaupun ada masalah, itu tidak kami bawa berlarut-larut. Harus segera diselesaikan.

 

Pernahkah mengambil keputusan keliru?

 

Mengambil keputusan yang keliru? Ya, saya kira itu wajar saja dan menjadi bagian dari sifat manusiawi yang tidak selalu benar. Malahan, saya lebih menghargai orang yang melakukan kekeliruan dari pada tidak melakukan apa-apa. Artinya, orang tersebut berani mengambil keputusan. Saya katakan kepada direksi bahwa apa yang sudah diucap, jangan ditarik kembali.

 

Pernah berada dalam situasi dilematis dalam memutuskan?

 

Saya kira bukan dilematis. Namun, lebih kepada sebuah pilihan dengan mengukur kemampuan kita sendiri. Apabila kita tidak mampu, ya ngapain harus dipaksakan. Itu cara untuk menghindari perasaan yang dilematis.

 

Adakah keputusan yang dianggap monumental?

 

Keputusan yang cukup monumental atau stra tegis, mungkin terkait soal mendatangkan pesawat. Direksi saya bilang kita belum siap dari sisi sumber daya manusia. Namun, saya berpendapat kenapa kondisi tersebut malah memperlambat langkah kita. Justru yang harus kita lakukan adalah menambah pesawat secepatnya sambil mempersiapkan tenaga yang dibutuhkan.

 

Lagian, pesan pesawat kan tidak akan langsung datang dengan segera, tetapi butuh waktu. Nah, selama menunggu kedatangan pesawat, kita mulai mempersiapkan kelengkapan kru dan sebagainya. Dan saya memback-up penuh.

 

Kami menjalankan bisnis secara perlahan-lahan, tetapi pasti. Berani melangkah tetapi dengan terukur. Kalau dianggap sebagai hal yang monumental, itu pandangan orang lain saja. Jujur bahwa kami melakukan bisnis dengan pola tahap demi tahap, bukan meloncat. Sebab kalau meloncat nanti malah kalau jatuh lebih sakit.

 

Jika terjadi krisis, langkah prioritas apa yang Anda lakukan?

 

Apabila terjadi krisis, yang pertama kami lakukan adalah penghematan, terutama yang bersifat nonoperasional. Untuk urusan operasional, kami akan tetap menjaga komitmen. Tidak ada kamusnya penghematan dalam hal operasional. Jadi, yang akan ditinjau kembali adalah semua biaya nonoperasional.

 

Apa rencana aksi korporasi ke depan?

 

Pada 2012, kami punya strategi. Untuk itu di sektor keuangan kita sudah persiapkan. Misalnya, pem bukaan rute baru dan proyeksi berapa lama bisa bertahan agar dapat berjalan dengan baik. Sejauh ini, kami belum pernah menutup rute.

 

Untuk aksi korporasi ke depan, kami dalam waktu dekat akan men datangkan pesawat baru. Tepatnya mulai April 2012, kami akan mendatangkan 12 unit pesawat Boeing 737 500, lima unit Boeing 737-800, dan lima Embraer E-190. Pengadaan pesawat tersebut sejalan tersebut sejalan dengan program kami tahun depan yaitu memberi sentuhan yang berbeda dalam layanan baru Sriwijaya Air.

 

Seperti apa bentuknya, tunggu saja tanggal mainnya...haha haha...Namun sebagai gambaran, kami akan me-refresh tampilan pesawat meskipun logo tidak berubah.

 

Bagaimana Anda mempersepsikan dan memperlakukan pelanggan?

 

Pelanggan adalah segalanya. Dari manajemen sampai dengan karyawan yang paling bawah, telah kami edukasi tentang nilai-nilai pelanggan sehingga mereka harus paham betul bahwa pelanggan adalah segalanya. Contoh yang paling simpel, jika perusahaan tanpa pelanggan tak mungkin bisa berkembang.

 

Persepsi tentang pesaing?

 

Pesaing adalah mitra atau partner. Kami lebih menyebutnya sebagai partner bukan pesaing. Tanpa mereka, kami tidak tahu peta kami sendiri maupun peta bisnis secara umum. Apabila diamati lebih jauh, masingmasing maskapai punya segmen pasar sendiri-sendiri dan punya gaya sendiri-sendiri dalam berbisnis.

 

Dalam banyak hal, kami juga saling mengisi, apalagi dunia airlines sangat sempit. Kami sering berjumpa dalam berbagai event.

 

Jika ada karyawan yang menentang kebijakan perusahaan, bagaimana Anda memperlakukannya?

 

Mungkin lebih tepat disebut diskusi, bukan menentang. Kami sering diskusi hebat, bahkan sampai larut malam. Namun, tetap konsisten pada komitmen bahwa diskusi hanya sampai di ruang rapat. Setelah ada keputusan bersama, semua harus mengikuti. Saya menghargai setiap ada masukan atau perbedaan pendapat. Bahkan saya suka pada anak-anak yang kritis demi kemajuan perusahaan.

 

Soal penyiapan kader pemimpin di perusahaan, bagaimana?

 

Tentu, kami menyiapkan kader-kader pemimpin Sriwijaya Air untuk masa depan. Tidak hanya posisi CEO [chief executive officer], tetapi juga semua posisi harus dipikirkan untuk kaderisasi dan regenerasi. Caranya, kami lakukan pengamatan dan evaluasi secara berkala terhadap orangorang potensial di dalam. Apabila tidak ada dari dalam, terpaksa kami harus ambil orang luar. Namun, jujur saja, sampai saat ini saya belum terpikir untuk mencari pengganti saya karena umur saya masih cukup untuk memimpin hingga setidaknya 9 tahun ke depan.

 

Seperti apa sih model kepemimpinan Anda?

 

Model kepemimpinan saya sangat simpel. Tidak pakai teori yang mulukmuluk. Prinsipnya, memimpin dengan gaya kekeluargaan. Saya terbuka untuk sering bertemu karyawan, ngobrol, dan diskusi, baik dalam kesempatan resmi maupun tidak resmi. Saya yakin bahwa karyawan Sriwijaya Air itu pandai-pandai, bahkan lebih pintar dari saya. Namun, mereka kan harus punya pemimpin. Nah, peran saya, tinggal mengarahkan saja tentang visi dan misi perusahaan, lalu mereka menerjemahkannya.

 

Bagaimana menyeimbangkan urusan keluarga dan pekerjaan?

 

Keluarga harus tetap nomor satu. Saya membangun perusahaan ini kan juga untuk keluarga. Membagi waktu untuk keluarga dan perusahaan jelas harus dilakukan. Keluarga adalah penyeimbang. Sekitar 5 hari dalam seminggu saya bekerja di kantor, sedangkan Sabtu dan Minggu didedikasikan untuk keluarga. Setiap hari Minggu, saya, istri dan anak-anak ke gereja bersama-sama. Jadi urusan perusahaan, keluarga dan Tuhan harus seimbang.

 

Apa olahraga Anda?

Soal menjaga kesehatan memang sangat penting. Saya rajin berolahraga bulu tangkis dan tenis meja.

 

Punya tokoh idola?

 

Jujur saja, saya tidak memiliki tokoh idola secara khusus. Namun, saya mengidolakan siapa pun yang bisa berbuat banyak untuk orang lain. Contohnya guru, dia sangat berjasa dalam mendidik semua orang, termasuk kita hingga bisa menjadi seperti ini. Semua itu karena guru. Mereka salah satu idola saya.

 

Apa cita-cita saat kecil?

 

Cita-cita saya saat kecil adalah menjadi guru olahraga, namun setelah menginjak bangku SMA ingin menjadi pengacara.

 

Adakah keinginan kelak anak Anda mengikuti bisnis Anda?

 

Tentang anak, saya tidak akan memaksa untuk mengikuti kemauan saya atau menjadi seperti saya. Berikan kebebasan kepada anak untuk maju dan berkembang sesuai dengan keinginannya sendiri.

 

Obsesi yang belum tercapai?

 

Obsesi saya adalah menjadikan Sriwijaya Air sebagai airlines terbaik di Indonesia, syukur-syukur di dunia. Setelah itu, menjadikan karyawan Sriwijaya Air bangga karena gajinya paling bagus di antara perusahaan sejenis. Bahkan di usianya yang ke-8 tahun, Sriwijaya Air mampu menjadi maskapai terbesar ketiga dari sisi jumlah penumpang dibandingkan dengan maskapai lainnya di Tanah Air.

 

*Untuk membaca berita lainnya, silahkan kunjungi http://epaper.bisnis.com atau klik epaper Bisnis Indonesia jika Anda ingin berlangganan koran Bisnis Indonesia edisi digital.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : News Editor
Editor : Sitta Husein
Sumber : Berliana Elisabeth S.
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper