Pengembangan Startup di Kampus Minim Perhatian dari Industri dan Investor

Ahmad Thovan Sugandi
Minggu, 24 Oktober 2021 | 16:17 WIB
Pengelola perusahaan rintisan digital atau startup mengoperasikan program pelayanan di sebuah kantor bersama berbasis jaringan internet (Coworking space) Ngalup.Co di Malang, Jawa Timur, Senin (12/10/2020). Kementerian Koperasi dan UKM menargetkan bisa menumbuhkan 750 wirausaha baru berbasis teknologi informasi atau startup digital setiap tahun untuk mendorong lebih banyak pelaku UMKM terakses digital./ANTARA FOTO-Ari Bowo Sucipto
Pengelola perusahaan rintisan digital atau startup mengoperasikan program pelayanan di sebuah kantor bersama berbasis jaringan internet (Coworking space) Ngalup.Co di Malang, Jawa Timur, Senin (12/10/2020). Kementerian Koperasi dan UKM menargetkan bisa menumbuhkan 750 wirausaha baru berbasis teknologi informasi atau startup digital setiap tahun untuk mendorong lebih banyak pelaku UMKM terakses digital./ANTARA FOTO-Ari Bowo Sucipto
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Program pengembangan dan pelatihan StartUp di lingkungan kampus kurang mendapat perhatian dari Investor dan industri swasta. 

Menurut Ketua Program Innovative Academy UGM Denny Wijayanto, tingkat keberhasilan pengembangan startup di kampus berada di kisaran angka 2 hingga 5 persen. 

"Sejak dimulai hingga sekarang terdaftar lebih dari 7.000 peserta dengan 195 startup. Hanya ada 24 startup yang mampu bertahan. Dari angka itu, satu yang mendapatkan investasi memadai," ujarnya pada Bisnis, Sabtu (23/10/2021).

Sebelumnya, pemerintah melalui Kemkominfo menyalurkan sejumlah dana dan bantuan berupa penyediaan fasilitas bagi pengembangan perusahaan rintisan berbasis teknologi digital di beberapa kampus. 

Program tersebut berjalan sejak 2015 dan dimulai di Universiras Gadjah Mada (UGM). Program tersebut didanai dengan sistem pembagian biaya. Sebagian besar biaya ditanggung UGM sedangkan kekurangannya berupa fasilitas terkait dan mentor diserahkan pada kementerian terkait.

Program yang dinamai Gerakan 1.000 Startup tersebut tidak hanya diperuntukkan bagi mahasiswa UGM, tetapi juga mahasiswa di lingkup regional Yogyakarta yang dipusatkan di UGM.

Ada dua program utama yang disediakan Kemenkominfo, yaitu pelatihan dan penyediaan akses terhadap fasilitas yang dibutuhkan untuk mengembangkan startup.

Menurut Denny, program pendanaan dari pemerintah seringkali berbelit. Alhasil, fokusnya bukan pada pengembangan startup tetapi lebih kepada pembuatan laporan keuangan yang panjang sesuai standar pemerintah.

Denny mengatakan di UGM banyak sekali temuan potensial berbasis teknologi, tetapi banyak yang tidak berkembang karena dinilai terlalu mahal ketika dilempar ke pasar. Di sisi lain, tidak banyak dukungan dari investor untuk mengembangkan temuan tersebut.

Pemerintah dinilai harus lebih berperan sebagai jembatan antara startup yang dirintis di kampus dengan investor maupun industri yang telah mapan. Selama ini sangat sedikit investor yang berkenan membantu dan membiayai program tersebut.

Selain investor dan pemerintah, unikorn nasional juga belum banyak memberikan perhatian khusus terhadap pengembangan startup di lingkungan kampus terutama transfer teknologi. 

Koordinator Pusat Inovasi dan Inkubator Bisnis Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dianta Sebayang menyebut belum ada upaya investasi, pelatihan, dan pengembangan pada startup di kampus-kampus oleh unikorn nasional. Peran perusahaan dan industri dinilai minim dalam hal ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper