Miliki Pasar yang Besar, Indonesia Jadi Tempat Startup Asean Berkembang

Akbar Evandio
Rabu, 25 Agustus 2021 | 23:10 WIB
Ilustrasi startup/
Ilustrasi startup/
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia dinilai menjadi magnet besar bagi perusahaan rintisan atau startup di Asia Tenggara untuk menumbuhkan prospek bisnisnya. Besarnya pangsa pasar di Indonesia menjadi daya tarik tersendiri untuk startup masuk ke Indonesia.

CEO PT Mandiri Capital Indonesia (MCI) Eddi Danusaputro mengatakan bahwa banyak perusahaan rintisan di luar Negeri yang turut menyasar pangsa pasar di Indonesia sebagai bagian dari perjalanan bisnisnya.

“Bisnis di Indonesia turut menjadi penyumbang pendapatan mereka. Meskipun berdiri di luar negeri, tetapi pangsa pasar yang disasar dari Indonesia,” ujarnya, Rabu (25/8/2021).

Berdasarkan data CB Insight, jumlah startup di Asia Tenggara yang berada pada tahap unicorn dan di atasnya, yakni decacorn, saat ini berjumlah 21 entitas dengan perincian 17 unicorn dan 4 decacorn.

Laporan tersebut juga mencatat bahwa Singapura menjadi Negara dengan penyumbang startup berstatus unicorn dan decacorn terbanyak, yaitu 11 perusahaan dengan perolehan 3 decacorn dan 6 unicorn.

Sementara itu, Indonesia menyumbang tujuh perusahaan rintisan yang telah menyandang gelar unicorn dan decacorn, yaitu Gojek sebagai decacorn. Adapun, keenam unicorn tersebut adalah Tokopedia, Bukalapak, J&T Express, Traveloka, OVO, dan OnlinePajak.

Startup Ranking juga mencatat jumlah startup di Indonesia mencapai 2.219 perusahaan pada 2021 dan menjadi Negara kelima sebagai penghasil startup terbanyak di Dunia. Adapun, peringkat pertama hingga kelima adalah Amerika Serikat, India, Inggris, Kanada, dan Indonesia.

Bendahara Asosiasi Modal Ventura Seluruh Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani mengatakan bahwa unicorn selalu hadir di sebuah negara dengan pangsa pasar yang besar dan masih ada ruang untuk tumbuh.

“Indonesia di Asia Tenggara merupakan kontributor pangsa pasar terbesar, beberapa unicorn yang memfokuskan di Asia Tenggara dan pembentukan awal bukan di Indonesia biasanya memilih Singapura sebagai kantor pusatnya,” ujarnya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan, hal ini yang menjadi salah satu penyebab mengapa beberapa unicorn dan decacorn tidak dihitung sebagai startup Indonesia, meskipun traksi mereka banyak di dalam negeri.

“Sebagai contoh Shopee, Grab dan Lazada,” lanjutnya.

Edward melanjutkan, perlu menciptakan founder dan perusahaan rintisan dari Indonesia sebelum pemain luar masuk ke dalam sektor tertentu. Kejelian founder dalam melihat potensi di dalam negeri juga bisa menjadi keunggulan.

Namun, dia melanjutkan, untuk menciptakan unicorn, founder lokal perlu didukung oleh ekosistem startup yang memadai.

“Investasi dari modal ventura, angel investor, incubator, akselerator, venture builder, dan program event startup yang sudah cukup banyak digelar merupakan bukti keseriusan menyehatkan ekosistem ini, terbukti juga jumlah startup kita termasuk banyak di dunia,” katanya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Akbar Evandio
Editor : Lili Sunardi
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper