Apjatel Sebut Bisnis Menara Masih Prospektif

Leo Dwi Jatmiko
Jumat, 6 Agustus 2021 | 15:02 WIB
Teknisi memasang prangkat base transceiver station (BTS) disalah satu tower di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (18/3/2020).
Teknisi memasang prangkat base transceiver station (BTS) disalah satu tower di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (18/3/2020).
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Bisnis menara telekomunikasi diyakini tetap akan selamat di tengah pandemi Covid-19 dan rencana merger PT Indosat Tbk. dengan PT Hutchison 3 Indonesia.

Ketua Umum Asosisasi Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi (Apjatel) Muhammad Arif mengatakan bisnis menara pada tahun ini tetap menarik, meski pandemi Covid-19 masih terjadi.

Salah satu indikatornya, kata Arif, adalah aksi akuisisi menara telekomunikasi yang dilakukan oleh perusahaan asing seperti Edge Point terhadap PT Indosat Tbk. (ISAT) dan PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk. (CENT).

“Hal itu menandakan bisnis menara masih bergairah,” kata Arif kepada Bisnis.com, Jumat (6/8/2021).

Sekadar informasi, pada 31 Maret 2021, Indosat menjual dan menyewa kembali 4.200 menara yang dimiliki kepada PT EPID Menara AssetCo, anak usaha dari Edge Point. Nilai transaksi aktivitas tersebut mencapai US$750 juta atau sekitar Rp10,87 triliun.

Kemudian, pada 9 Juli 2021, giliran 33 persen saham PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk. (CENT) yang diakuisisi oleh Edge Point. Aksi tersebut membuat Edge Point memiliki 76 persen saham di Centratama.

Arif menilai aksi akuisis dilakukan karena para pemain telekomunikasi luar negeri melihat bisnis menara sebagai bisnis jangka panjang.

Beberapa perjanjian sewa menarat dilakukan dengan durasi kontrak minimal selama 10 tahun. Oleh sebab itu, pandemi Covid-19 dan merger Tri-ISAT tidak mempengaruhi bisnis menara.

Tidak hanya itu, era 5G yang sudah hadir di Tanah Air sejak Mei 2021, menjadi salah satu faktor pendorong juga bagi pertumbuhan bisnis menara. Untuk memberikan layanan 5G yang sempurna, sinyal pemancar harus diletakan berdekatan. Butuh menara telekomunikasi yang banyak untuk itu.

“Menara akan tetap terpakai ‎untuk 5G. Meskipun kecil jumlahnya banyak,” kata Arif.

Faktor selanjutnya yang menjadi pendorong pertumbuhan bisnis menara telekomunikasi adalah intervensi pemerintah dalam pergelaran jaringan 4G. Pemerintah mewajbkan operator untuk membangun di 3.435 desa yang belum mendapat akses internet 4G, sebagai salah satu syarat perpanjangan spektrum frekuensi.

Hal ini memaksa operator untuk melakukan ekspansi jaringan, ke desa-desa, meski jumlah penduduk di sana sedikit atau kurang memiliki skala ekonomi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper