Pendapatan Tri Turun, Indosat (ISAT) Bakal Tetap Minat Akuisisi

Leo Dwi Jatmiko
Jumat, 6 Agustus 2021 | 13:28 WIB
Warga beraktivitas di gerai Indosat Ooredoo, Jakarta, Rabu (16/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Warga beraktivitas di gerai Indosat Ooredoo, Jakarta, Rabu (16/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Meski mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 6 persen pada kuartal II/2021 dibandingkan dengan kuartal II/2020, PT Hutchison 3 Indonesia dinilai masih seksi dan menarik untuk diakuisisi oleh PT Indosat Tbk. (ISAT).

Gabungan keduanya menciptakan efisiensi dalam pergelaran jaringan, dan peluang pertumbuhan pendapatan akibat kolaborasi dalam hal penjualan produk.

Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (IDIEC) M. Tesar Sandikapura mengatakan dengan melebur menjadi satu, Tri dan Indosat dapat memangkas ongkos pergelaran jaringan dari dua menjadi satu atau satu setengah. Efisiensi dilakukan baik dari sisi sewa menara, ataupun pergelaran serat optik jika memungkinkan.

“Indosat mendapat manfaat dari sisi jaringan dan efisiensi,” kata Tesar, Jumat (6/8/2021).

Tesar mengatakan merger antara Tri dan Indosat juga dapat membantu keduanya menghadapi persaingan yang makin sengit. XL Axiata dengan Link Net dalam proses pembahasan untuk akuisisi. Kolaborasi Smartfren dan Moratelindo sudah berbuah, dan Telkomsel makin agresif dengan 5G dan modal besar yang dimiliki.

Tesar menduga CK Hutchison Holdings ingin mencari keuntungan dengan melepas Tri Indonesia. Keuntungan tersebut digunakan untuk menutupi kerugian sejumlah sektor bisnis yang terimbas pandemi.

Bisnis telekomunikasi tumbuh lambat, dan cocok dikembangkan oleh perusahaan yang memiliki bisnis inti di telekomunikasi seperti Indosat.

“Indosat serius di telekomunikasi dan secara keuangan lebih stabil,” kata Tesar.

Sekadar informasi, berdasarkan laporan CK Hutchison Holdings Limited - induk Tri Indonesia - anak usaha mereka di Indonesia mencatat pendapatan sebesar HK$3.757 juta atau sekitar Rp6,93 triliun. Pencapaian tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan tahun lalu yang mencapai HK$3.952 juta atau sekitar Rp7,29 triliun.

Tidak hanya itu, pendapatan perusahaan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) Tri, juga mengalami penurunan sebesar 12 persen.

Tri Indonesia membukukan Ebitda senilai HK$810 juta atau sekitar Rp1,49 triliun pada kuartal II/2021, sementara itu pada periode yang sama tahun lalu, Tri mencatat EBITDA senilai Rp1,65 triliun.

“Hal tersebut karena persaingan pasar yang ketat dan dampak pandemi,” tulis dalam laporan, Jumat (6/8/2021).

Meski mengalami penurunan, Tri Indonesia masih menjadi tulang punggung pendapatan CK Hutchison Holdings untuk sektor telekomunikasi di Asia. Perusahaan CK Hutchison di Vietnam, Sri Lanka dan Hongkong hanya mencatatkan pendapatan senilai HK$382 juta, HK$211 juta dan HK$2.565 juta, atau setara dengan Rp742 miliar, Rp389 miliar dan Rp4,73 triliun.

Tri juga mengeklaim telah melayani 44 juta pengguna hingga kuartal II/2021, jumlah tersebut sekitar 73 persen dari total pelanggan CK Hutchison di Pasar Asia, - tidak termasuk Hongkong.

Sementara Indosat pada kuartal II/2021 mencatatkan pendapatan senilai Rp14,98 triliun, naik 11,4 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Indosat telah melayani sekitar 60,7 juta pelanggan pada periode tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper