Pemerintah Kaji Kehadiran Satelit Starlink Milik Elon Musk

Leo Dwi Jatmiko
Rabu, 21 Juli 2021 | 14:28 WIB
Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika RI di Jakarta. -Bisnis.com/Samdysara Saragih
Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika RI di Jakarta. -Bisnis.com/Samdysara Saragih
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) terus mengkaji kehadiran Starlink di Indonesia dengan melibatkan sejumlah pemangku kepentingan untuk mengetahui manfaat kehadiran satelit milik Elon Musk tersebut.

Juru Bicara Kemenkominfo Dedy Permadi mengatakan Kemenkominfo saat ini sedang melakukan kajian terhadap pihak penyedia yang berpotensi mendukung penyediaan layanan komunikasi dan internet di Indonesia, termasuk Starlink.

Kajian dilakukan bersama para pemangku kepentingan, seperti penyelenggara telekomunikasi nasional dan asosiasi. Salah satu kajian yang dilakukan oleh Kemenkominfo adalah kegiatan focus group discussion (FGD) pada Senin (19/7/2021).

“Kajian untuk mempertimbangkan beberapa aspek seperti kesesuaian dengan regulasi, kebermanfaatan untuk industri dan masyarakat, serta aspek keamanan dan pertahanan nasional,” kata Dedy kepada Bisnis.com, Rabu (21/7/2021).

Dedy menambahkan Kemenkominfo juga secara aktif berkoordinasi dengan perwakilan Starlink untuk mendapatkan informasi dan penjelasan yang lebih detail mengenai produk mereka. Berdasarkan dokumen yang diterima Bisnis.com, diketahui Starlink siap beroperasi di kawasan Asia pada akhir 2021 atau awal 2022.

Khusus untuk di Indonesia, berdasarkan situs Starlink.com, sebanyak 13.901 orang Indonesia menyatakan tertarik dengan layanan Starlink. Sebanyak 415 dari jumlah tersebut bahkan telah melakukan deposit senilai US$100 untuk bisa menggunakan layanan satelit yang beroperasi di orbit rendah itu.

Starlink sendiri tidak akan memberikan layanan hingga memenuhi segala persyaratan dan peraturan yang berlaku.

Dari dokumen itu juga diketahui bahwa rencananya SpaceX akan membangun 25 gateway stasiun bumi di Indonesia dalam 1,5 tahun ke depan. Sebanyak 6 stasiun bumi akan dibangun di Papua pada 2021 bekerja sama dengan Telkomsat, anak usaha milik PT Telkom Indonesia Tbk.

Pada pengembangan tahap awal itu juga, rencananya Starlink - anak usaha SpaceX - akan meluncurkan layanan ke konsumer. Layanan ke konsumer akan makin luas ketika Gateway telah aktif pada 2022.

Menyikapi kehadiran layanan Starlink, Asosiasi Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi (Apjatel) dan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) memiliki pandangan berbeda.

Ketua Umum Muhammad Arif mengatakan Apjatel tidak mempermasalahkan kehadiran SpaceX di Indonesia selama memenuhi peraturan yang berlaku dan memiliki kesetaraan dalam berbisnis di Indonesia dengan para penyedia infrastruktur dan layanan telekomunikasi lainnya.

Evolusi teknologi merupakan suatu keniscayaan. Kehadiran Starlink yang berisiko membuat persaingan pasar layanan internet tetap rumah menjadi makin ketat, tak dapat dihindari.

Dia optimistis layanan internet rumah berbasis serat optik tetap akan tumbuh meski ada Starlink. Layanan internet rumah berbasis serat optik lebih andal dan minim gangguan jika dibandingkan dengan internet satelit.

“Sehebat-hebatnya satelit melawan kabel masih menang kabel karena tidak ada gangguan udara,” kata Arif.

Sementara itu, Ketua Umum APJII Jamalul Izza mengatakan APJII mengimbau pemerintah agar Starlink bisa diarahkan untuk bekerja sama dengan seluruh penyedia layanan internet yang sudah ada.

Para penyedia layanan internet yang saat ini jumlah mencapai 600 penyedia, dapat makin mudah mendapatkan infrastruktur telekomunikasi untuk menggelar layanan.

Selama ini ketersediaan infrastruktur telekomunikasi menjadi tantangan dalam menggelar layanan internet, khususnya di daerah rural.

Para penyelenggara harus menunggu serap optik digelar di suatu kawasan agar dapat menawarkan layanan kepada para pelanggan ritel, dengan kecepatan yang optimal.

Adapun jika Starlink dibiarkan untuk melayani langsung pelanggan tanpa adanya kerja sama dengan penyedia layanan internet lokal, dikhawatirkan Starlink bakal mendisrupsi bisnis penyedia layanan internet di daerah-daerah pelosok.

“Starlink berisiko untuk mengakibatkan disrupsi ke iklim usaha ISP yang sebagian besar adalah UMKM,” kata Jamal.

Jamal mencontohkan beberapa kolaborasi ISP dengan Starlink misalnya ihwal penjualan kembali layanan internet Starlink.

Penyedia layanan internet bisa menjadi penjual atau distributor layanan Starlink sekaligus sebagai penyedia layanan internet bagi pelanggan lokal atau sebagai pemberi nomor IP ke pelanggan atau IP transit bisa dari ISP.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper