Skema Merger Indosat (ISAT) dan Tri Diduga Mirip GoTo

Leo Dwi Jatmiko
Rabu, 30 Juni 2021 | 17:30 WIB
Karyawan melayani pelanggan di gerai Indosat Ooredoo, Jakarta, Rabu (16/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melayani pelanggan di gerai Indosat Ooredoo, Jakarta, Rabu (16/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Seandainya terealisasi, merger PT Hutchison 3 Indonesia dan PT Indosat Tbk. (ISAT) diperkirakan melahirkan perusahaan seperti GoTo. Kedua perusahaan hanya membentuk holding, sementara untuk operasional atau melayani pelanggan masing-masing perusahaan tetap beroperasi seperti biasa.

Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (IDIEC) M. Tesar Sandikapura mengatakan secara platform sistem penagihan atau billing system, Tri dan Indosat berbeda. Perbedaan ini membuat salah satu dari keduanya harus berkorban jika kedua perusahaan melebur. Ini kondisi sulit, karena Indosat dan Tri memiliki basis pelanggan yang kuat.

Indosat mengeklaim memiliki 60 juta pelanggan hingga kuartal I/2021, sementara Tri mengeklaim memiliki 39 juta pelanggan dengan 95 persen di antaranya merupakan pelanggan milenial yang potensial.

Menurut Tesar jika keduanya melebur, pelanggan keduanya sulit untuk digabung, sehingga tidak mencapai angka 90 juta pelanggan lebih.

“Itu dua sistem yang berbeda, harus ada salah satu yang mengalah. Kalau Tri mengalah berarti pelanggan Tri hilang semua,” kata Tesar, Rabu (30/6/2021).

Tesar menduga merger keduanya akan seperti merger Tokopedia dan Gojek yang membentuk perusahaan holding bernama GoTo, agar masing-masing perusahaan tetap dapat beroperasi dengan pelanggan yang dimiliki.

Dengan sistem teknologi yang berbeda, sulit menyatukan masing-masing pelanggan. Tri tetap akan mengeluarkan paket, begitu pun Indosat. Kegiatan pemasaran tidak berkurang.

“Kalau merger dan salah satu mengalah maka paketnya akan berubah semua. Salah satu pelanggan dari kedua perusahaan akan kecewa karena sudah terbiasa. Saya menduga Tri yang akan banyak dirugikan,” kata Tesar.

Untuk menutup kerugian tersebut, kata Tesar, Indosat seharusnya menyuntikan modal besar kepada Tri.

Adapun mengenai efisiensi, kata Tesar, akan terjadi dari kerja sama infrastruktur. Untuk beroperasi bersama, cukup menyewa 1 menara. Hal itu dapat terjadi jika frekuensi keduanya dapat dilebur.

“Capex keduanya turun. Efisiensinya di sana. Berbagi frekuensi dan infrastruktur telekomunikasi,” kata Tesar.

Sekadar informasi, hari ini (30.6) merupakan batas terakhir kedua pemegang saham - CK Hutchison Holdings dan Ooredoo Asia Pte Ltd - untuk memutuskan nasib perjodohan Tri dan ISAT. Periode pembahasan eksklusif telah habis setelah sempat diperpanjang 2 bulan pada akhir April 2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper