Marak Serangan Siber, Anggaran Keamanan Digital Wajib Naik!

Akbar Evandio
Sabtu, 22 Mei 2021 | 14:03 WIB
Ilustrasi aktivitas di depan komputer./REUTERS-Kacper Pempel
Ilustrasi aktivitas di depan komputer./REUTERS-Kacper Pempel
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan digital di Tanah Air dinilai perlu meningkatkan anggaran mereka di bidang keamanan data. Sebab, makin marak serangan siber akhir-akhir ini.

Chairman Indonesia Computer Emergency Response Team (ID-CERT) Budi Rahardjo mengatakan bahwa hingga saat ini anggaran untuk kebutuhan keamanan data masih terpantau sedikit dialokasikan setiap perusahaan.

“Untuk perusahaan digital di tingkat global anggaran keamanan data masih sekitar 10 persen, dan 10 persen ini pun dari budget IT. Berarti memang masih kurang, dan sangat kurang,” ujarnya, Sabtu (22/5/2021).

Menurutnya, peningkatan anggaran keamanan data turut meminimalisir dampak serangan-serangan siber ke depannya.

Berdasarkan laporan Cisco Indonesia, perusahaan di Indonesia mengalami tantangan keamanan siber selama pandemi. Sebab, berdasarkan hasil studi, 78 persen perusahaan menyebut ada peningkatan ancaman sebesar 25 persen atau lebih sejak dimulainya pandemi.

Jumlah ini terus meningkat karena sebagian besar perusahaan tidak siap mendukung sistem kerja jarak jauh secara aman.

Kendati begitu, keamanan siber dinilai telah menjadi prioritas utama banyak perusahaan Indonesia, di mana, 59 persen menyebut, keamanan jadi sangat penting. 26 persennya menyebut, keamanan lebih penting dibanding sebelum Covid-19.

Tantangan-tantangan siber yang dirasakan perusahaan, terbanyak adalah akses yang aman (70 persen) dan perlindungan data pribadi (70 persen), perlindungan terhadap malware (63 persen).

Lebih dari setengah (63 persen) perusahaan percaya, mereka akan meningkatkan investasi keamanan siber. Bahkan 40 persen di antaranya yakin bahwa investasi akan lebih dari 30 persen.

Studi ini pun mengungkap, 95 persen perusahaan di Indonesia mengakui, bahwa kesiapan dalam mempercepat transisi ke lingkungan kerja jarak jauh cukup beragam, mulai dari sangat siap hingga cukup siap.

Adapun, hanya 22 persen perusahaan yang mengatakan, lebih dari 50 persen tenaga kerja mereka bekerja dari jarak jauh sebelum pandemi. Jumlah itu diperkirakan meningkat jadi 32 persen ketika membahas situasi ketenagakerjaan setelah pandemi selesai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Akbar Evandio
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper