Mudik Lebaran Dilarang, Ladang Cuan bagi Startup Logistik

Akbar Evandio
Kamis, 1 April 2021 | 06:51 WIB
Kurir JNE memberikan paket kepada warga yang tinggal di Desa Cipanjalu, Palintang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (3/1/2019)./ANTARA-Raisan Al Farisi
Kurir JNE memberikan paket kepada warga yang tinggal di Desa Cipanjalu, Palintang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (3/1/2019)./ANTARA-Raisan Al Farisi
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan rintisan (startup) di bidang logistik dinilai perlu memperluas cakupan layanan dan inovasi pada tahun ini. Khususnya, untuk menyambut peningkatan permintaan lantaran mudik dilarang oleh pemerintah. 

Pemerintah resmi melarang seluruh warga Indonesia mudik saat Lebaran nanti yang dimulai pada 6 Mei—17 Mei 2021. Adapun, di luar tanggal tersebut, kegiatan keluar daerah juga tidak disarankan, kecuali untuk hal yang mendesak.

Ketua Umum Asosiasi Startup Teknologi Indonesia (Atsindo) Handito Joewono menilai kebijakan tersebut menjadi ladang cuan bagi perusahaan rintisan di bidang logistik. Sebab, kebutuhan parsel, hadiah Ramadan dan Lebaran, dan lainnya makin dibutuhkan ketika tatap muka makin dibatasi.

“Larangan mudik memberi pengaruh bagi startup logistik. Sebab, esensi mudik adalah tatap muka. Ini harus dimanfaatkan,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Rabu (31/3/2021).

Namun, dia mengatakan agar startup logistik mulai berpikir ke depan untuk tidak memanfaatkan momentum khusus untuk mendongkrak pendapatan perusahaan.

“Namun, jangan sampai [startup logistik] terfokus pada momentum saja,” katanya.

Lebih lanjut, dia mengatakan startup logistik memiliki potensi untuk tidak menunggu momentum atau fenomena, jika berhasil mengantisipasi kebutuhan permintaan saat larangan mudik tahun ini.

“Perubahan perilaku masyarakat harus disikapi sebagai peluang yang dimanfaatkan secara jangka panjang. Jika bisa, maka permintaan akan tumbuh double digit bahkan di atas 20 persen,” katanya.

Menurutnya, larangan mudik tahun ini memberikan sedikit refleksi akan seperti apa tren logistik ke depan sehingga jika peluang tersebut dimanfaatkan dengan baik, maka para pemain akan membuka ruang untuk tumbuh lebih besar.

“Para pemain harus mulai fokus tingkatkan fitur, inovasi, perlebar cakupan layanan, dan kolaborasi. Jika, ini dilakukan bahkan mereka bisa bisa besar tanpa memanfaatkan momentum tertentu,” ujar Handito.

Data Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) 2020 menunjukkan, transaksi pembelian lewat pasar daring alias e-commerce meningkat 18,1 persen menjadi 98,3 juta transaksi. 

Tak jauh berbeda, Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yuki Nugrahawan Hanafi mengatakan momentum pelarangan mudik harus diikuti dengan strategi kolaborasi.

Lebih lanjut, dia mengatakan terdapat 4 sektor ideal untuk pemain logistik melakukan kolaborasi, yaitu dengan agritech, platform dagang elektronik (e-commerce), ride-hailing, dan healthcare.

Dia memerinci agritech akan mengalami permintaan kebutuhan pangan pada Lebaran tahun ini. Kemudian, e-commerce akan meningkat di sisi pengiriman parsel dan hadiah lain dan ride-hailing dibutuhkan untuk pengiriman di hari yang sama.

Sebaliknya, healthcare membutuhkan layanan pengiriman obat-obatan dan distribusi vaksin.

“Pengiriman jasa kurir memang tinggi dan menurut saya akan mengalami kenaikan, baik ada aturan atau tidak. Permintaan di startup logistik bisa naik 7–10 persen dari kondisi normal. Namun, tantangan kita tetap satu yaitu mengikuti protokol kesehatan jadi tetap harus tertib dan disiplin,” katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper