Nasib 5G Indonesia Bergantung Perkembangan Ekosistem Global

Leo Dwi Jatmiko
Kamis, 25 Maret 2021 | 21:32 WIB
Ilustrasi teknologi 5G./REUTERS-Yves Herman
Ilustrasi teknologi 5G./REUTERS-Yves Herman
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – PT Hutchison 3 Indonesia (Tri) menilai pengembangan 5G di Indonesia akan banyak bergantung dari perkembangan ekosistem 5G secara global.

Wakil Presiden Direktur Tri Indonesia Danny Buldansyah mengatakan ekosistem 5G di Tanah Air akan mengikuti ekosistem di global. Pita frekuensi yang akan digunakan, diperkirakan akan selaras dengan kondisi perangkat di global yang telah mendukung untuk frekuensi tertentu. Begitu pun dengan penerapan 5G, yang akan banyak mencontoh kasus penerapan 5G di global.

“Kalau di dunia ini perangkat dan aplikasi 5G melebar pastinya di kita juga sudah siap,” kata Danny kepada Bisnis.com, Kamis (25/3/2021).

Danny mengatakan saat ini banyak negara telah menggelar 5G. Sayangnya, hasil dari pergelaran tersebut, belum memperlihatkan kepasitan manfaat terhadap pertumbuhan bisnis operator telekomunikasi.

Dia menuturkan beberapa perusahaan beranggapan bahwa 5G berdampak besar terhadap kinerja bisnis, beberapa perusahaan lainnya berkata sebaliknya. Masa depan dari penerapan 5G di Indonesia akan terlihat dari kondisi dan kebutuhan yang muncul terhadap layanan ini hingga 2024.

Menurutnya, 5G dapat berkembang jika secara manfaat menawarkan solusi yang unik, di mana hanya dengan jaringan 5G, sebuah permasalahan dapat terselesaikan. Kondisi tersebut belum terlihat hingga saat ini.

“Kalau 4G dari awal sudah bagus, kalau 5G belum tentu,” kata Danny.

Danny juga mengatakan kehadiran spektrum frekuensi penting untuk menggelar 5G. Dengan pita frekuensi yang saat ini digunakan Tri – sebesar 2x25 MHz – akan sulit untuk menggelar 5G, sebab jika dipaksakan jaringan 4G yang dioperasikan tidak akan memiliki spektrum. 5G membutuhkan alokasi spektrum sekitar 100MHz.

Adapun, rencana tambahan spektrum frekuensi sebesar 1.000MHz di pita gelombang millimeter, yang sedang disiapkan pemerintah pada 2022, menurut Danny, frekuensi tersebut tidak bisa berdiri sendiri.

Frekuensi gelombang milimeter perlu memiliki pasangan spektrum frekuensi di pita radio rendah. Tujuannya agar layanan 5G yang diberikan memiliki cakupan yang luas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper