Twitter Rambah Pasar Belanja Daring, IDeA: UMKM Diuntungkan

Akbar Evandio
Kamis, 11 Maret 2021 | 17:45 WIB
Ilustrasi belanja online/Istimewa
Ilustrasi belanja online/Istimewa
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan teknologi asal Amerika Serikat (AS), Twitter mulai menguji fitur belanja daring.

Adapun strategi ini telah lebih dulu diterapkan oleh Google, TikTok, serta Facebook berikut anak usahanya Instagram dan WhatsApp.

Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Bima Laga mengatakan langkah dari keempat raksasa teknologi global untuk menggaet pasar dengan menyediakan layanan perdagangan melalui sistem elektronik (PMSE) justru akan mendorong Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk merambah ekosistem digital.

“Diharapkan dengan adanya pemain baru, maka akan memperluas pilihan bagi konsumen dalam berbelanja, dan bagi para UMKM untuk mengembangkan bisnisnya,” katanya saat dihubungi Bisnis, Kamis (11/3/2021).

Menurutnya, pasar dagang-el di Indonesia pada dasarnya terbuka untuk semua pemain usaha. Hal yang perlu diperhatikan adalah kepatuhan (compliance) pada semua peraturan yang berlaku.

“Kepatuhan itu adalah memperhatikan keamanan dan kenyamanan pembeli maupun penjual dan mendukung pembentukan ekosistem yang bermanfaat bagi masyarakat, dunia usaha [termasuk UMKM] dan pemerintah Indonesia,” ujarnya.

Dia meyakini setiap kanal tentu memiliki segmen masing-masing, sehingga pada akhirnya konsumen yang akan menentukan mana yang disukai. Sebab, pasar dagang-el Indonesia sangat besar.

Berdasarkan data McKinsey pada 2018, lembaga ini memperkirakan nilai pangsa pasar dagang el mencapai US$ 40 miliar atau sekitar Rp 589,44 triliun pada 2022. Capaian ini disumbang dari pertumbuhan masyarakat kelas menengah, akses internet, dan kepemilikan ponsel pintar.

Sementara itu, Facebook dan Bain and Company pun memperkirakan nilai transaksi bruto atau GMV platform daring di Indonesia akan mencapai US$ 26 miliar atau sekitar Rp 378,3 triliun pada 2020. Kemudian, nilainya diprediksi menjadi US$ 72 miliar atau Rp 1.047,6 triliun pada 2025, di mana pada awalnya ditaksir hanya US$ 48 miliar.

Bima pun mengatakan sebagaimana halnya di semua industri, setiap perusahaan harus bisa dengan jeli memetakan persaingan bisnis serta susunan regulasi yang perlu dipatuhi.

“idEA siap bekerja sama dengan semua stakeholder di industri e-commerce, baik swasta maupun pemerintah, untuk menjaga situasi tetap kondusif untuk pertumbuhan [ekonomi],” kata Bima.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper