Singkirkan Jerman, Korsel Juara Pertama Negara Terinovatif

Reni Lestari
Rabu, 3 Februari 2021 | 16:46 WIB
Perkantoran dan properti komersial di Gangnam, Seoul, Korea Selatan./Bloomberg/Bloomberg/Seong Joon Cho
Perkantoran dan properti komersial di Gangnam, Seoul, Korea Selatan./Bloomberg/Bloomberg/Seong Joon Cho
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Korea Selatan kembali ke posisi pertama dalam Indeks Inovasi Bloomberg terbaru, sementara AS keluar dari 10 besar yang didominasi oleh sekelompok negara Eropa.

Korea Selatan berhasil merebut kembali mahkota dari Jerman, yang turun ke posisi keempat. Bangsa Asia kini menduduki puncak indeks selama tujuh kali dari sembilan tahun indeks ini dirilis. Singapura dan Swiss masing-masing naik satu peringkat ke peringkat kedua dan ketiga.

Indeks Bloomberg menganalisis lusinan kriteria menggunakan tujuh metrik berbobot sama, termasuk pengeluaran penelitian dan pengembangan, kemampuan manufaktur, dan konsentrasi perusahaan publik berteknologi tinggi.

Pemeringkatan 2021 mencerminkan dunia di mana perjuangan melawan Covid-19 telah membawa inovasi ke depan, terutama dari upaya pemerintah untuk mengatasi pandemi, hingga infrastruktur digital yang memungkinkan ekonomi untuk mengatasinya, dan perlombaan untuk mengembangkan vaksin yang dapat mengakhiri pandemi.

"Di tahun Covid dan menghadapi urgensi perubahan iklim, pentingnya fundamental inovasi semakin meningkat," kata Kepala Ekonom Global di Citigroup Inc. Catherine Mann.

Menurutnya, inovasi sering diukur dengan ide baru, produk baru, dan layanan baru, tetapi difusi dan adopsi merekalah yang menjadi metrik kesuksesan yang sebenarnya.

Sebagian besar data Bloomberg berasal dari sebelum krisis virus. Namun, perlu dicatat bahwa banyak negara yang memiliki indeks tinggi - seperti Korea, Jerman, dan Israel - telah menjadi pemimpin dunia dalam beberapa bidang memerangi pandemi, baik itu pelacakan kontak atau vaksinasi cepat.

Nama-nama Amerika seperti Zoom Video Communications Inc. atau pembuat vaksin Pfizer Inc. adalah di antara lambang inovasi tahun lalu, yang mencerminkan peringkat teratas AS untuk kepadatan perusahaan teknologi tinggi.

Dikutip dari Bloomberg, kembalinya Korea Selatan ke posisi teratas terutama karena peningkatan aktivitas paten, di mana Korea menempati peringkat teratas, di samping kinerja yang kuat dalam Litbang dan manufaktur Negeri Gingseng tersebut.

"Ada kesepakatan hampir bulat di Korea Selatan bahwa Litbang sangat penting untuk memiliki masa depan," kata Lee Kyung-mook, Profesor Manajemen Bisnis di Universitas Nasional Seoul.

"Korea sendiri terjepit di antara negara-negara yang lebih maju, yang masih mengungguli mereka dalam hal teknologi, dan China yang mengejar dengan cepat dengan mengandalkan biaya tenaga kerja yang lebih rendah."

Posisi kedua ditempati Singapura, yang telah mengalokasikan dana anggaran untuk membantu pekerja dan perusahaan bertransisi ke ekonomi digital, mendapat skor tinggi untuk manufaktur dan universitasnya yang kompetitif secara global menempatkannya di urutan teratas dalam ukuran pendidikan tersier.

Swiss berada di posisi teratas di kedua kategori penelitian indeks, teknologi keuangan dan biologi. Jerman yang kehilangan posisi pertama telah mendapatkan peringatan dua tahun lalu oleh Kepala Ekonom Bayerische Landesbank Juergen Michels mengatakan negara itu kekurangan pekerja terampil dan strategi yang tepat untuk teknologi generasi mendatang.

Sebagai dua ekonomi terbesar, AS dan China bertanggung jawab atas sebagian besar inovasi dunia. Namun peringkat keduanya menurun tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper