Komponen Laptop Langka, Bagaimana di Indonesia?  

Akbar Evandio
Selasa, 29 Desember 2020 | 17:27 WIB
Guru memberikan materi saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) kepada siswa baru secara daring di SMA Negeri 8 Jakarta, Senin (13/7/2020). Kegiatan MPLS dan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di sekolah tersebut bertujuan untuk mencegah penyebaran COVID-19 di lingkungan sekolah. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Guru memberikan materi saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) kepada siswa baru secara daring di SMA Negeri 8 Jakarta, Senin (13/7/2020). Kegiatan MPLS dan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di sekolah tersebut bertujuan untuk mencegah penyebaran COVID-19 di lingkungan sekolah. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Kelangkaan pada komponen laptop pada 2021 diperkirakan tidak memberi dampak signifikan pada pasar laptop di Tanah Air.

Dikutip dari phonearena, perusahaan riset pasar Canalys melihat pandemi-19 Covid telah membuat naiknya penjualan PC dan laptop di seluruh dunia. Kondisi inilah yang membuat Canalys memperkirakan angka penjualan PC dan laptop kembali di angka 300 juta unit pada 2020 atau naik 15 persen dibandingkan 2019.

Namun, permintaan yang meningkat ini justru menambah tekanan beban pada rantai pasokan PC dan laptop yang sudah lebih dulu terdampak pandemi. Sampai saat ini masih terjadi kelangkaan komponen pada laptop dan PC, khususnya komponen kartu grafis. Meski stoknya saat ini masih ada, diperkirakan jumlahnya terbatas di beberapa lokasi saja.

Menanggapi hal tersebut, Direktur ICT Institute Heru Sutadi mengatakan kelangkaan komponen tidak terlalu berdampak signifikan, lantaran banyak produk khususnya PC dan laptop yang masuk ke Tanah Air sudah dalam bentuk produk.

“Tentu kelangkaan memang terjadi di pabrikan, tetapi hingga kini produk masih bisa masuk tanpa kendala,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Selasa (29/12/2020).

Lebih lanjut, dia mengamini bahwa pandemi memang membuat penjualan ponsel, PC dan laptop segmen menengah ke atas akan meningkat. Hal itu karena digunakan untuk menghadapi kondisi untuk bekerja dan belajar dari rumah.

Namun, dia melanjutkan bahwa meskipun permintaan naik, tetapi resesi memberikan rem bagi masyarakat karena daya beli yang juga perlu diprioritaskan untuk kebutuhan lainnya.

“Sepanjang 2021 tidak masalah saya pikir. Meskipun kebutuhan digital meningkat, tetapi banyak orang memilih kebutuhan prioritas untuk dibeli seperti makanan, kesehatan serta pendidikan. Kalaupun ada uang berlebih, uangnya akan lebih banyak ditahan jaga-jaga kalau dampak ekonomi akibat pandemi panjang,” kata Heru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper