Frekuensi 2,3 GHz Dinilai Cukup Andal untuk 5G

Leo Dwi Jatmiko
Kamis, 17 Desember 2020 | 16:18 WIB
Seorang wanita mengoperasikan ponselnya di dekat logo teknologi 5G./REUTERS-Sergio Perez
Seorang wanita mengoperasikan ponselnya di dekat logo teknologi 5G./REUTERS-Sergio Perez
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Pemanfaatan pita frekuensi 2,3 GHz untuk 5G dinilai sudah tepat. Uni Telekomunikasi Internasional  (ITU) merestui 2,3 GHz digunakan untuk 5G, karena memiliki cakupan yang terbilan luas sebagaimana frekuensi rendah lainnya.

Ketua Program Studi Magister Teknik Elektro ITB Ian Yosef M. Edward menilai bahwa secara ekosistem global pita frekuensi 2,3 GHz sudah cukup matang untuk menggelar 5G.

Menurutnya, ITU juga merekomendasikan pita frekuensi 2,3 GHz untuk 5G. Saat ini, salah satu negara yang telah menggunakan 2,3 GHz untuk 5G adalah Korea Selatan.

Selain merekomendasikan 2,3 GHz, ITU juga merekomendasikan spektrum frekuensi di pita 35 GHz, 2,6 GHz, 700 MHz dan 600 MHz.

“2,3 GHz 5G merupakan salah satu usulan di ITU. Jadi sudah aman dalam hal peta jalan 5G juga,” kata Ian kepad Bisnis, Kamis (17/12/2020).

Adapun mengenai perangkat gawai  yang belum banyak mendukung untuk 5G di 2,3 GHz, kata Ian, perlahan jumlahnya akan bertambah pesat.

Pertumbuhan jumlah perangkat selalu melesat, ketika pemerintah dan sejumlah pemangku kepentingan telah sepakat untuk menggelar 5G.

Saat ini, sebut Ian, perangkat yang tersedia sebagian besar hanya melayani di 2,6 GHz dan 3,5 GHz. Bagi vendor untuk menurunkan frekuensi tidak masalah, selama ada izin, Ian yakin vendor akan segera membuat perangkat yang dapat digunakan di teknologi tersebut.

“Nanti jika sudah ada lampu hijau 2.3 GHz untuk 5G dari Kemenkominfo, vendor akan segera bergerak. Minimal izin uji,” kata Ian.

Untuk diketahui, ITU juga fokus pada model investasi  dalam pengembangan 5G. Terdapat 2 model skenario dalam hal investasi di 5G. pertama, investasi di kota besar dengan jumlah penduduk yang padat. Kedua, dengan jumlah penduduk yang sedikit.

ITU memperkirakan belanja modal yang dikeluarkan operator seluler untuk membangun 5G di daerah perkotaan yang pada sekitar US$55,5 juta dengan jumlah site sekitar 1.027 site.

Adapun untuk daerah perkotaan dengan jumlah penduduk yang relatif sedikit, investasi yang dikeluarkan untuk belanja modal sekitar US$6,8 juta dengan jumlah site sekitar 116 site.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper