Kisah Pulau Kuno yang Selamat dari Terjangan Mega Tsunami 8.000 Tahun Lalu

Desyinta Nuraini
Jumat, 4 Desember 2020 | 12:06 WIB
ilustrasi gelombang laut
ilustrasi gelombang laut
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah studi di Inggris mengungkap beberapa pulau kuno yang sekarang tenggelam di bawah Laut Utara selamat dari tsunami dahsyat sekitar 8.000 tahun yang lalu. Hal ini diprediksi memainkan peran penting dalam prasejarah manusia di Inggris.

Melansir Live Science, Jumat (4/12/2020), penelitian yang telah dipublikasikan di jurnal Antiquity pada Senin, 3 NOvember 2020 itu menunjukkan beberapa bagian dataran kuno yang dikenal sebagai Doggerland, yang menghubungkan Inggris Raya dengan Belanda, bertahan dari tsunami besar Storegga yang menenggelamkan sebagian besar wilayah sekitar 6200 SM.

Tsunami yang disebut Storegga disebabkan oleh runtuhnya bagian landas kontinen Norwegia di bawah air, sekitar 500 mil (800 kilometer) ke utara. Para ilmuwan telah lama mengira gelombang yang menjulang tinggi itu seluruhnya menenggelamkan wilayah Doggerland antara pantai timur Inggris dan benua Eropa.

Tetapi penelitian baru, berdasarkan inti sedimen terendam yang diambil sampelnya selama ekspedisi kapal di Laut Utara, menunjukkan beberapa bagian Doggerland selamat dari tsunami kuno dan mungkin tetap dihuni oleh manusia Zaman Batu selama ribuan tahun.

Vincent Gaffney, seorang arkeolog di Universitas Bradford yang menulis studi ini mengatakan jika pulau-pulau Doggerland kala itu dihuni manusia zaman batu, ini mungkin berperan dalam perkembangan sejarah Inggris di kemudian hari, seperti pengenalan pertanian sekitar seribu tahun kemudian.

"Jika Anda berdiri di beberapa garis pantai pada hari terjadinya, itu akan menjadi hari yang buruk bagi Anda. Namun, itu tidak berarti Doggerland akan berakhir," ujarnya.

Para ilmuwan mengira wilayah Doggerland yang sekarang tenggelam terungkap oleh surutnya lapisan es utara pada akhir zaman es terakhir sekitar 12.000 tahun yang lalu. Sekitar 10.000 tahun yang lalu, Doggerland merupakan lanskap laguna, rawa-rawa, sungai, danau, dan hutan, itu mungkin salah satu tempat berburu dan memancing terkaya di Eropa pada periode Mesolitikum.

Proyek European's Lost Frontiers memimpin upaya untuk menyelidiki arkeologi Doggerland dan merekonstruksi lanskap kuno seperti yang terlihat sebelum tenggelam di bawah ombak.

Analisis inti sedimen dari wilayah Doggerland mengungkapkan luas terluasnya sebelum 10.000 tahun yang lalu. Analsis pertama sebagian besar Doggerland kemudian dibanjiri oleh naiknya permukaan laut, oleh iklim yang memanas. Kedua, tsunami Storegga sekitar 8200 tahun yang lalu membuat Doggerland menjadi beberapa pulau yang masih hidup. Ketiga, semua Doggerland tetapi daerah pesisirnya telah tenggelam sekitar 7000 tahun yang lalu.

Kata Gaffney mereka menemukan bahwa pada saat tsunami Storegga, sebagian besar Doggerland sudah berada di bawah air karena naiknya permukaan laut secara perlahan.

Tapi inti sedimen yang luar biasa dari dasar laut dekat muara Inggris timur Sungai Ouse, yang dikenal sebagai Wash, menunjukkan tanah di sana tetap di atas air bertahun-tahun setelah tsunami dan pemodelan komputer menunjukkan daerah lain di dekatnya selamat sebagai pulau-pulau terpencil juga.

Para peneliti sekarang menjuluki pulau-pulau ini sebagai "Kepulauan Dogger," dan diperkirakan bagian tertinggi dari wilayah tengah yang sekarang dikenal sebagai "DoggerHills" juga selamat dari tsunami Storegga, menjadi "Pulau Dogger".

Dia menyebut meskipun awalnya tetap berada di daratan yang kering, pulau-pulau itu akan tenggelam lebih dari 1000 tahun kemudian karena permukaan laut naik, yang disebabkan oleh pemanasan iklim.

Beberapa bagian Doggerland bahkan mungkin lebih cocok untuk manusia setelah kehancuran akibat tsunami dan mundurnya perairan. "Orang-orang akan kembali dan tinggal di tempat mereka sebelumnya, dan itu mungkin sedikit lebih terbuka, dan itu bahkan mungkin cukup berguna di beberapa bidang ini," kata Gaffney.

Lebih lanjut dia menuturkan pulau-pulau yang masih hidup mungkin berisi bukti awal pengenalan teknologi pertanian ke Inggris, yang diduga menyebar di sana dari benua Eropa, katanya. "Daerah pesisir inilah yang kemungkinan besar akan terjadi kontak dengan pertanian dan petani," sebut Gaffney.

Untuk saat ini, para peneliti di proyek European's Lost Frontiers sedang bekerja merekonstruksi geografi kuno di wilayah Doggerland. Suatu hari, mereka berharap untuk menemukan pemukiman Zaman Batu, dan pulau-pulau Kepulauan Dogger yang sekarang tenggelam muncul sebagai beberapa taruhan terbaik mereka.

"20 tahun terakhir telah merevolusi cara kami memahami Doggerland. Kami telah menuruni lembah sungai [terendam] untuk mendapatkan data lingkungan, di mana kami dapat memperoleh informasi tentang tumbuhan dan hewan yang hidup di sana, tapi kami belum memiliki satu pun situs permukiman arkeologi. Ini pada dasarnya masih merupakan lanskap yang belum dijelajahi," jabarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper