Waspada! Ini Sektor yang Rawan terhadap Serangan Siber pada 2021

Akbar Evandio
Selasa, 1 Desember 2020 | 16:29 WIB
Ilustrasi: Tanda yang memperingatkan karyawan untuk tidak menghubungkan perangkat ke jaringan setelah serangan siber terlihat di markas besar produsen aluminium Norsk Hydro di Oslo, Norwegia 19 Maret 2019. /REUTERS
Ilustrasi: Tanda yang memperingatkan karyawan untuk tidak menghubungkan perangkat ke jaringan setelah serangan siber terlihat di markas besar produsen aluminium Norsk Hydro di Oslo, Norwegia 19 Maret 2019. /REUTERS
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan keamanan siber, Palo Alto Networks memprediksi terdapat beberapa sektor yang menjadi target serangan siber pada 2021.

Director & Systems Engineering Palo Alto Networks Indonesia Yudi Arijanto menyebutkan bahwa terdapat beberapa sektor yang rawan mengalami serangan siber pada 2021, seperti kesehatan (healthtech), platform dagang elektronik (e-commerce), finansial, dan perbankan (fintech).

“Alasannya, makin banyak aset masyarakat yang ditaruh di internet atau cloud, tentunya menjadi target empuk bagi penjahat siber. Sektor kesehatan, akan banyak kena serang, banking, financial, e-commerce. Hal ini karena data masyarakat paling banyak berada di sana,” katanya melalui diskusi virtual, Selasa (1/12/2020).

Dia menjelaskan bahwa sebagian besar masyarakat tidak berpikir panjang pada saat menyerahkan informasi pribadi demi memperoleh manfaat yang bersifat sesaat, seperti untuk aplikasi-aplikasi yang tengah trending, gim, maupun kuis-kuis daring.

Sektor lainnya yang terancam adalah internet untuk segala (internet of things/IoT).

Menurut Yudi, IoT bisa menjadi ladang ranjau bagi keamanan. Hal ini dikarenakan munculnya lebih banyak penyusup gelap di jaringan nirkabel di tengah banyaknya produk-produk IoT yang memasuki pasar.

“Di kawasan Japac [Jepang dan Asia Pasifik], sebanyak 46 persen perusahaan  yakin perlu adanya peningkatan besar-besaran terkait dengan keamanan IoT,” katanya.

Dia menyebutkan bahwa pada 2020 di Singapura sebanyak 24 persen perusahaan masih belum juga mengawali perjalanan keamanan IoT mereka atau melakukan segmentasi perangkat IoT pada jaringan tersendiri.

“Selain itu, kondisi yang lebih mengkhawatirkan terjadi di Jepang dengan angka persentase sebesar 43 persen dan India dengan 36 persen,” katanya.

Dia pun mengimbau bahwa untuk Indonesia, perlu adanya kerja sama antara berbagai pihak, baik pemerintah, masyarakat, dan perusahaan dalam melakukan penyempurnaan pada pendekatan keamanan siber mereka dan sadar akan makin pentingnya penerapan higienitas siber.

“Meskipun Palo Alto Networks belum melihat munculnya jenis-jenis serangan baru, tetapi jenis IoT botnets, seperti Mirai akan terus berevolusi dan mengeksploitasi sejumlah vulnerabilitas baru. Sejumlah vulnerabilitas yang pernah muncul pada masa lalu pada router konsumer juga banyak menjadi incaran serangan dan eksploitasi,” kata Yudi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Akbar Evandio
Editor : Zufrizal
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper