Bisnis.com, JAKARTA – Laporan Cento Ventures mengungkapkan sejumlah catatan menarik yang terjadi pada industri investasi startup di Asia Tenggara pada kuartal II/2020.
Mulai dari dominasi Indonesia dan Singapura hingga penurunan jumlah kesepatakan 2 semester berturut-turut. Berikut sejumlah catatan menarik laporan Centro Ventures.
Volume kesepakatan Turun 2 Semester Berturut-turut
Volume kesepatakan pada 6 bulan pertama 2020 masih terlihat cukup kuat. Lebih dari 300 kesepakatan terjadi di perusahaan rintisan Asia Tenggara selama paruh pertama 2020, dengan pendanaan besar yang diperoleh Gojek dan Grab.
Meski demikian diakui bahwa volume kesepakatan pada semester I/2020, lebih rendah dibandingkan dengan paruh pertama 2019.
Tak hanya itu, berdasarkan data yang dipaparkan, penurunan jumlah kesepakatan yang terjadi pada kuartal II/2020 merupakan sebuah peristiwa baru. Umumnya penurunan kesepakatan baru terjadi di semester dua, bukan di semester satu.
Penurunan jumlah kesepakatan juga terjadi dalam dua semester berturut-turut yaitu semester II/2019 (329 kesepatakan) dan semester I/2020 (315 kesepakatan). Adapun jumlah kesepatakan pada semester I/2019 sebanyak 371 kesepakatan.
Ukuran seri pendanaan lebih besar
Sepanjang paruh pertama 2020, jumlah transaksi yang berukuran US$ 0,5 juta - US$3 juta mengalami penurunan secara dua kuartal berturut-turut.
Sementara jumlah transaksi berukuran US$3juta - US$10 juta mengalami peningkatan pada kuartal II/2020 dibandingkan dengan kuartal IV/2019.
Tidak hanya itu, pada periode tersebut juga terjadi peningkatan bertahap dalam ukuran transaksi 'Seri A', di mana putaran Seri A saat ini berkisar US$5,4 juta, naik dari kuartal II/2019 yang senilai US$ 4,1 juta pada 2019, dan US$3,4 juta pada 2018.
Tren ukuran seri pendanaan yang lebih besar sedang berlangsung dan dapat dipercepat, sehingga menjadi peluang bagi perusahaan rintisan untuk mengumpulkan lebih banyak uang untuk memastikan mereka dapat bertahan selama waktu yang tidak pasti.
Dominasi Indonesia dan Singapura
Indonesia dan Singapura mendominasi jumlah kesepatakan di Asia Tenggara. Sepanjang paruh pertama 2020, 74 persen dari modal yang diinvestasikan di Asia Tenggara berada pada perusahaan rintisan Indonesia, dan Indonesia, hal tersebut diperkirakan karena pembatasan perjalanan yang menyebabkan investor untuk lebih fokus pada transaksi domestik.
Sebaliknya, Vietnam mengalami lonjakan minat pada kesepakatan sebesar 21 persen dari modal yang diinvestasikan pada 2019.